Angka Kesembuhan COVID-19 di Indonesia di Atas Angka Rata-rata Dunia

- 6 Februari 2021, 12:42 WIB
Ilustrasi corona.
Ilustrasi corona. /Pixabay/cromaconceptovisual
 
 
KABAR JOGLOSEMAR - Angka kesembuhan COVID-19 di Indonesia di atas angka kesembuhan rata-rata dunia.
 
Hal ini bisa dilihat dari total angka kesembuhan di Indonesia yang total mencapai 917.306 orang atau 81,7 persen dibanding angka kesembuhan rata-rata dunia yang hanya 73,07 persen dari total kasus terkonfirmasi positif COVID-19.
 
Sementara kasus reaktif di Indonesia pada Kamis, 4 Februari 2021, total sebanyak 175.068 orang atau 15,5 persen. Jumlah ini jauh di bawah angka reaktif rata-rata dunia yang mencapai 24,76 persen.
 
 
 
Namun, angka kasus meninggal dunia di Indonesia yang mencapai 2,8 persen sedikit di atas rata-rata dunia yanga sebesar 2,17 persen.
 
Menurut Prof Wiku Adisasmito, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, meski angka kesembuhan dan angka reaktif COVID-19 di Indonesia lebih baik dari rata-rata dunia, tapi masyarakat harus tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan dan mematuhi kebijakan Pelaksanaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
 
"Kami mengajak masyarakat agar melihat analisis data sebagai dampak dari kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Sanga penting memahami data dengan analisis yang mendalam. Karena dengan hasil analisis data yang tajam, isa menjadi dasar dalam membuat kebijakan yang efektif dan tepat sasaran," kata Prof Wiku yang dikutip Kabar Joglosemar dari laman covid-19, Jumat, 5 Februari 2021.
 
 
Dikatakan, dari hasil analisis data dari penerapan kebijakan PPKM selama 2 minggu terakhir, untuk kasus aktif trennya masih fluktuatif, tapi grafiknya  melandai.
 
Sebagai perbandingan, dalam 2 minggu pertama Januari 2021 atau sebelum PPKM, ada selisih 1,76 persen, sementara dalam 2 minggu periode PPKM, selisih kasus aktif sebesar 0,45 persen. 
 
Sementara dari tren keterisian tempat tidur ruang isolasi rumah sakit rujukan Covid-19 secara nasional, menurut Prof Wiku, ada penurunan persentase keterisian yang cukup drastis sejak awal pelaksaanaan PPKM hingga 31 Januari 2021.
 
 
 
Yakni, pada 2 minggu pertama Januari sebesar 0,72 persen, sementara  setelah penerapan PPKM turun jauh menjadi 8,1 persen. "Bahkan angka ini hampir 12 kali lipat dari selisih sebelumnya," kata Prof Wiku.
 
Selain itu, tren keterisian tempat tidur di ruang ICU, ada perbedaan dari 2 indikator sebelumnya. Keterisian tempat tidur di ruang ICU memperlihatkan tren yang cukup stagnan.
 
Dalam 2 minggu pertama Januari 2021 sempat meningkat tajam pada minggu pertama PPKM atau minggu ketiga Januari. Llau terus turun perlahan pada minggu kedua. 
 
 
 
Dikatakan, ada peningkatan tajam pada hari kesembilan pelaksanaan PPKM, yakni sebesar 69,19persen. Namun angkanya kembali turun ke 6,23 persen sampai berada pada angka 62,96 persen di  akhir minggu kedua PPKM atau akhir bulan Januari.
 
"Data ini menunjukkan bahwa intervensi pemerintah dalam menambah tempat tidur di ruang isolasi dan ruang ICU rumah sakit rujukan, cukup berhasil dalam menurunkan angka keterisian tempat tidur," kata Prof Wiku.
 
Prof Wiku mengingatkan agar tidak berpuas diri dengan melihat data yang menunjukkan hasil yang positif dari penerapan PPKM itu. Karena melihat perkembangan kasus aktif harian belum menurun dan hanya menunjukkan pelandaian.
 
 
 
"Dari analisis data PPKM tersebut maka dampak yang dirasakan yaitu melandainya kasus aktif harian. Dan hal ini dinilai belum cukup menurunkan penularan di tengah-tengah masyarakat," kata Prof Wiku.***

Editor: Sunti Melati

Sumber: covid19.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah