Ramai Seruan Boikot Produk Prancis, Ini 20 Merk Prancis yang Perlu Kamu Ketahui

31 Oktober 2020, 15:58 WIB
Banyak negara-negara Arab memutuskan melakukan boikot terhadap produk Prancis karena pernyataan Emmanuel Macron soal Islam. /Twitter.com/@a_alowaihan1

KABAR JOGLOSEMAR - Pidato dan respons Presiden Prancis, Emmanuel Macron, soal Nabi Muhammad dan Islam berbuntut panjang.

Pidato yang dinilai menyakiti hati umat Islam di dunia itu kini merembet ke arah seruan boikot produk Prancis dari sejumlah negara.

Baca Juga: Besok Bulan November, Cek Status Kepesertaan Dapat BLT BPJS Ketenagakerjaan Gelombang 2 di Link Ini

Beberapa negara Timur Tengah menyerukan boikot produk Prancis. Sejumlah rak di supermarket pun terlihat kosong karena produknya ditarik.

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Prancis meminta agar sejumlah negara yang menyuarakan boikot produk Prancis segera menghentikan aksi tersebut.

Dikutip KabarJoglosemar.com dari Reuters, Kemlu Prancis merasa, aksi boikot produk Prancis itu tak berdasar.

“Seruan berikut itu tidak berdasar, serangan terhadap negara kami yang didorong minoritas mesti dihentikan,” ujar Kemlu Prancis.

Seruan boikot produk Prancis ini viral dan trending di media sosial. Tak sedikit masyarakat yang ikut menyuarakan boikot produk Prancis.

Baca Juga: Ini Alasan Mengapa Banyak Negara Boikot Produk Prancis

Ini sebagai bentuk protes atas pidato Presiden Prancis, Emmanuel Macron, beberapa waktu lalu soal kartun Nabi dan Islam.

Presiden Perancis, Emmanuel Macron awalnya memberikan komentar terkait pemenggalan yang dialami oleh seorang guru yang bernama Samuel Paty.

Samuel Paty yang merupakan guru sejarah di Perasncis diketahui menampilkan gambar kartun Nabi Muhammad di kelasnya.

"Salah satu warga kami dibunuh hari ini karena dia mengajarkan murid-muridnya tentang kebebasan berekspresi," ucap Macron, dikutip KabarJoglosemar.com dari Reuters.

Tak hanya itu, selanjutnya, Emmanuel Macron juga mengeluarkan kata-kata soal Islam yang menyinggung umat Muslim.

"Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis saat ini, di seluruh dunia," ungkap Macron.

Menurut Macron, pemenggalan guru sejarah tersebut merupakan serangan teroris Islam. Macron juga menuduh Muslim bersikap separatis.

Bahkan, Macron membela bahwa kartun Nabi Muhammad merupakan bentuk kebebasan berekspresi warganya.

Seperti yang diketahui, penggambaran Nabi Muhammad menyinggung Umat Islam, karena dalam tradisi Islam secara eksplisit melarang gambar Allah dan Muhammad.

Baca Juga: Soal Boikot Produk Prancis, Kemlu Prancis: Seruan Itu Tak Berdasar

Berikut ini adalah 20 merk Prancis yang perlu kamu ketahui:

1. Chanel

2. Danone 

3. Christian Dior

4. Garnier 

5. Lacoste 

6. L'Oreal

7. Orange

8. Cartier

9. Louis Vuitton 

Baca Juga: Heboh Boikot Prancis, Mantan Menkeu Turki Sebut Erdogan Kekanak-kanakan, Ini Sebabnya

10. Kraft

11. Loreal 

12. Carrefour

13. SFR

14. Lancome

15. Peugeot

16. TOTAL 

17. AXA

18. Hermes

19. Yves Saint Laurent 

20. Total (migas)

Baca Juga: Arie Untung Sebut Tas Branded Miliknya Barang Recehan, Ini Daftar Merek Asli Prancis yang Mendunia

Belum diketahui sampai kapan boikot produk Prancis ini akan dilakukan. Indonesia sendiri melalui MUI meminta agar Presiden Prancis, Emmanuel Macron meminta maaf.

“Untuk itu saya meminta kepada Macron agar mencabut ucapannya dan meminta maaf kepada umat Islam,” ujarSekjen MUI, Anwar Abbas.

Alasan Presiden Perancis, Emmanuel Macron, yang mengungkapkan bahwa pihaknya melindungi kebebasan berekspresi, tidak bisa diterima. Pasalnya, kebebasan Berekspresi harus ada batas yang.

Baca Juga: Ini Pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang Tuai Kecaman

Ia juga memperingatkan makro dan masyarakat di dunia agar mampu meletakkan konsep kebebasan Berekspresi di tempat yang tepat. Jangan sampai, kebebasan Berekspresi menyeret dunia pada kekacauan dan permusuhan.

“Supaya masalah ini tidak berlarut-larut dan tidak menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat dunia, kami mengharapkan supaya makro secepatnya mencabut ucapannyaa dan meminta maaf kepada umat Islam,” tegasnya lagi.

Editor: Ayusandra Adhitya Septi Andani

Tags

Terkini

Terpopuler