Pernyataan Terbaru Presiden Prancis Emmanuel Macron soal Polemik Karikatur Nabi Muhammad

- 1 November 2020, 13:35 WIB
Presiden Prancis, Emmanuel Macron
Presiden Prancis, Emmanuel Macron /Instagram/@emmanuelmacron

KABAR JOGLOSEMAR - Baru-baru ini Presiden Prancis Emmanuel Macron buka suara terkait polemik dukungannya atas karikatur Nabi Muhammad.

Beberapa waktu lalu, Macron bereaksi atas peristiwa pemenggalan guru Sejarah dan Geografi Samuel Paty pada 16 Oktober 2020. Guru sejarah itu dipenggal oleh pendatang dari Chechnya, Abdoullakh Abouyezidovitch (18), karena Paty menunjukkan karikatur nabi Muhammad.

Presiden Marcon berpendapat bahwa Paty hanya mengajarkan kebebasan berekspresi dan berpendapat pada para siswanya.

Seperti diketahui karikatur dan masih ditambah dengan pernyataan presiden Prancis itu memicu ketegangan Prancis dan sejumlah negara yang mayoritas penduduknya beragama muslim lainnya. Ada beberapa negara bahkan melakukan protes dengan demo sampai melakukan boikot produk Prancis.

Baca Juga: Saat Banyak Negara Protes Macron dengan Boikot Produk Prancis, Ini yang Dilakukan Indonesia

“Saya memahami sentimen yang diungkapkan dan saya menghormati mereka. Tapi Anda harus memahami peran saya sekarang, untuk melakukan dua hal: mempromosikan ketenangan dan juga melindungi hak-hak ini," kata Macron dalam wawancara ekslusifnya dengan Al Jazeera pada Sabtu, 31Oktober 2020 kemarin seperti dikutip oleh KabarJoglosemar.com.

"Saya akan selalu membela di negara saya kebebasan untuk berbicara, menulis, berpikir, menggambar," tambahnya.

Macron juga mengecam apa yang dia gambarkan sebagai "distorsi" dari para pemimpin politik, dengan mengatakan bahwa banyak orang yang mempercayai kartun itu adalah buatan negara Prancis.

"Saya pikir reaksi itu muncul sebagai akibat dari kebohongan dan distorsi kata-kata saya karena orang-orang mengerti bahwa saya mendukung kartun ini," kata presiden dalam wawancara.

“Karikatur itu bukan proyek pemerintah, tapi muncul dari surat kabar bebas dan independen yang tidak berafiliasi dengan pemerintah,” tambahnya.

Baca Juga: Ramai Seruan Boikot Produk Prancis, Ini 20 Merk Prancis yang Perlu Kamu Ketahui

Macron pun mengacu pada penerbitan ulang karikatur oleh majalah Charlie Hebdo baru-baru ini untuk menandai pembukaan persidangan atas serangan mematikan terhadap stafnya pada tahun 2015 ketika kartun publikasi yang berbasis di Paris dikutip sebagai alasan penyerangan tersebut.

Presiden telah membela "hak untuk menghujat" di bawah hak kebebasan berbicara pada saat republikasi pada bulan September, beberapa minggu sebelum ia mendapat reaksi keras dari para aktivis Muslim pada tanggal 2 Oktober lalu.

Pada tanggal 2 Oktober waktu itu, Presiden Prancis itu mengatakan pidatonya bahwa Islam "dalam krisis global" dan diumumkan rencananya untuk mereformasi Islam agar lebih sesuai dengan nilai-nilai republik negaranya.

Baca Juga: NIK KTP Tidak Ada di eform.bri.go.id/bpum, Ini Cara Tetap Bisa Cairkan BLT Banpres UMKM Rp 2,4 Juta

"Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis saat ini, di seluruh dunia," ungkap Macron pada 2 Oktober 2020 lalu seperti dikutip KabarJoglosemar.com dari Reuters.

Macron pun mengulangi pendiriannya tentang kartun tersebut setelah seorang guru Prancis, yang menunjukkan karikatur kepada murid-muridnya di kelas selama diskusi tentang kebebasan berbicara, dipenggal oleh penyerang pada 16 Oktober. ***

Editor: Galih Wijaya

Sumber: Reuters Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah