PJJ untuk Memelihara Semangat Belajar Peserta Didik

- 4 Februari 2021, 07:38 WIB
 Ilustrasi sekolah daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ)
Ilustrasi sekolah daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) ///pixabay.com
 
KABAR JOGLOSEMAR - Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau secara daring/online yang teralu lama memang sangat beresiko menurunnya semangat belajar peserta didik.
 
Karena itu, PJJ di masa pandemi COVID-19 jangan terpancang pada target-target yang berkaitan dengan konten kurikulum, khususnya kognitif.
 
Tapi justru fokus untuk memelihara semangat belajar peserta didik agar tidak menurun atau tidak kehilangan ritme belajar.
 
 
 
"Harus diakui bahwa di satu sisi anak-anak sudah berada pada kejenuhan, sementara di sisi lain ada tawaran aplikasi game dan lain-lain yang ada di gadget yang begitu menarik. Karena itu tidak sedikit anak yang sekarang kecanduan permainan game dan akhirnya merampas / memusnahkan semangat belajar," kata Andar Rujito, Kepala SMA BOPKRI I (Bosa) Yogyakarta, kepada Kabar Joglosemar, Rabu, 3 Februari 2021.
 
Hal itu disampaikan Andar Rujito menanggapi kekhawatiran sejumlah sekolah, seperti di Sukabumi, Jawa Barat, bahwa PJJ yang terlalu lama akan membuat kehilangan minat belajar (learning loss) pada siswa.
 
Hal ini terjadi karena dengan PJJ maka intensitas interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran berkurang.
 
 
 
Menurut Andar Rujito, untuk mengatasi hal itu maka yang harus dilakukan guru adalah membangun komunikasi dengan peserta didik secara baik.
 
Tidak saja berkaitan dengan pelajaran semata, tetapi harus sampai pada bimbingan, konsultasi dan sapaan-sapaan yang menyejukkan serta memotivasi anak.
 
"PJJ itu sendiri harus dibuat variatif dan tidak terfokus pada materi. Tetapi juga harus ada unsur hiburan, motivasi dan lain-lain.Yang tidak kalah penting adalah guru tidak boleh kehilangan semangat untuk memberikan layanan yang maksimal dengan proses belajar mengajar (PBM) yang variatif dan sapaan-sapaan tersebut," kata Andar Rujito.
 
 
 
Sementara terkait dengan Asesmen Nasional (AN), menurut Kepala SMA Bosa ini, sangat baik untuk dilakukan bahkan dibiasakan dalam dunia pendidikan kita.
 
Sebab, selama ini kita terjebak pada banyaknya mata pelajaran (mapel)l dan tingkatan kognitif yang masih rendah.
 
Dengan AN yang meliputi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter (SK) dan Survei Lingkungan Belajar (SKB) atau survei lingkungan sekolah, mestinya bisa mengubah mindset guru dan pelaku pendidikan untuk lebih fokus kepada kemampuan literasi, numerisasi, dan karakter.
 
 
 
Karena kemampuan inilah yang dibutuhkan agar mampu bersaing di era global. Demikian juga tentang perlunya lingkungan sekolah yang baik / lingkungan pembelajar untuk bisa mewarnai proses pendewasaan pribadi siswa (karakter) di samping kompetensi 4C-nya.
 
"Sebenarnya lebih baik kalau sekolah terbiasa melakukan AKM secara mandiri, tidak harus menunggu pemerintah yang menyelenggarakan. Karena itu guru harus segera menguasai dan mampu membuat soal-soal berbasis literasi dan numerisasi," kata Andar Rujito.***

Editor: Sunti Melati


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x