Tak Hanya Myanmar, 9 Negara Ini Pernah Mengalami Kudeta Militer, dari Mesir hingga Venezuela

2 Februari 2021, 09:20 WIB
Ilustrasi kudeta militer. //Pixabay/Pexels

 

KABAR JOGLOSEMAR - Memanasnya situasi politik Myanmar saat ini akibat kudeta yang dilakukan militer Myanmar pada pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi ternyata bukan kali pertama ini dialami Myanmar. 

Sebelumnya, banyak negara lain yang pernah mengalami nasib serupa mendapat kudeta militer dari pemerintahannya sendiri. 

Berikut 9 negara yang pernah mengalami kudeta militer.

Baca Juga: Bank Syariah Indonesia Diresmikan, Simak 10 Prinsip Bank Syariah dalam Islam

Baca Juga: Leganya Aldebaran Tak Mau Cerai, Andin Makin Galau Teringat Reyna? Ini Sinopsis Ikatan Cinta 2 Februari

1. Kudeta Suriah 1949

Pada tahun 1949, empat tahun pasca-Perang Dunia II berakhir, Amerika Serikat melalui Central Intelligence Agency (CIA) melakukan upaya kudeta terhadap pemerintahan Suriah.

Upaya kudeta itu, diduga kuat dilakukan oleh AS untuk menyukseskan proyek pembangunan pipa pendistribusian minyak The Trans-Arabian Pipeline yang melintasi Suriah.

Penggulingan pemerintahan dijadikan cara, sebab rezim Suriah yang saat itu dipimpin oleh Shukri al-Quwatli, dinilai tidak dapat memberikan keuntungan bagi Negeri Paman Sam. 

AS ada di balik layar kudeta Suriah. Melalui CIA, AS menyiapkan seorang 'boneka politik', yakni pria bernama Husni al-Zaim, untuk memimpin gerakan revolusi.

Baca Juga: Cegah Kanker Serviks, Ini Daftar Sumber Makanan Kaya Antioksidan yang Diperlukan Para Perempuan

Dalam waktu singkat, al-Zaim berhasil memimpin kudeta, menggulingkan rezim al-Quwatli, dan naik menjadi Presiden Suriah melalui pemilu. Tidak lama kemudian, pembangunan the Trans-Arabian Pipeline berhasil dilaksanakan.

Baru 4 bulan menjabat, Presiden al-Zaim digulingkan dan dibunuh oleh mantan presiden al-Quwatli. Terbunuhnya sang boneka AS dari kursi kepresidenan Suriah membuat Negeri Paman Sam kehilangan tajinya dalam proyek Trans-Arabian Pipeline.

2. Kudeta Iran 1953

Pada awal 1950-an, Mohammad Mosaddegh merupakan perdana menteri Iran yang terpilih secara demokratis. Setelah menjabat, Mosaddegh berupaya untuk mendapatkan kontrol nasional atas ladang minyak di Iran.

Baca Juga: Awas! Ini Jenis Makanan Penyebab Kanker Payudara Mulai dari Gula Hingga Cara Memasaknya

Dalam upayanya untuk mengontrol kilang minyak nasional Iran, sang perdana menteri mulai mengaudit Perusahaan Minyak Anglo-Iran (AIOC) yang berasal dari Inggris, hal itu membuat Amerika Serikat was-was.

Ketakutan AS adalah, jika Mosaddegh berhasil mendapat kontrol penuh AIOC, dalam waktu dekat Uni Soviet seteru AS pada perang dingin dan secara geografis dekat ke Iran melakukan pendekatan dan menanamkan pengaruhnya pada perdana menteri.

Atas alasan itu, CIA mulai berencana untuk menggulingkan Mossadegh, dengan harapan dapat menegaskan kembali kekuatan Shah Mohammad Reza Pahlavi sebagai raja yang kemudian menisbatkan Jenderal Fazlollah Zahedi sebagai pemimpin baru Iran. 

Baca Juga: Bank Syariah Indonesia Diresmikan, Simak 10 Prinsip Bank Syariah dalam Islam

Kelompok itu kemudian melakukan sejumlah plot teror yang dirancang untuk melemahkan kepercayaan publik terhadap pemerintahan Mosaddegh. 

Kudeta terselubung AS - Inggris 1953 itu berhasil. Sekitar 300 orang pro-Mossadegh meninggal dan ratusan lainnya dipenjara dan dijatuhi hukuman mati oleh mahkamah militer kelompok oposisi.

3. Kudeta Libya 2011

Libya menemui mimpi buruknya pada Februari 2011. Kudeta militer terjadi kepada Muammar Khadafi yang telah berkuasa puluhan tahun. Negara-negara Barat memandang Khadafi adalah sosok seorang diktator.

Kudeta terhadap Khadafi mendapat dukungan dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Namun, semenjak kudeta, keadaan Libya tidak menjadi semakin baik.

Baca Juga: Menaker Ida Beberkan Ini Pengganti BLT BPJS Ketenagakerjaan 2021

Libya makin terjerumus dalam konflik yang ditandai dengan mudahnya akses bagi teroris keluar masuk negara di Afrika Utara tersebut. Bahkan, kini militan ISIS sudah memiliki markas di Sirte.

4. Kudeta Mesir 2013

Menteri Pertahanan Jenderal Abdul Fattah el Sisi memimpin kudeta militer terhadap Presiden Muhammad Mursi pada 2013. Kudeta diawali dengan demonstrasi besar-besaran terhadap rezim Mursi hingga akhirnya tumbang.

Setelah Mursi tumbang, rezim militer mengambil alih kepemimpinan sementara. El Sisi kemudian memutuskan untuk ikut pemilihan umum (pemilu) hingga akhirnya terpilih sebagai presiden.

Baca Juga: Peringatan Hari Kanker Sedunia, Simak 8 Jenis Kanker dan Gejalanya yang Sering Menyerang Anak-Anak

Sejak naiknya el Sisi, pendukung Mursi terutama mereka yang tergabung dalam Ikhwanul Muslimin dijebloskan ke penjara.

5. Kudeta Thailand 2014

Thailand tengah berada dalam transisi politik saat kudeta pada Mei 2014 terjadi. Saat itu, Negeri Gajah Putih dipimpin oleh Perdana Menteri Yingluck Shinawatra. Namun, kudeta tidak terhindarkan karena Thailand dipenuhi ketidakpastian politik.

Jenderal Prayuth Chan-ocha lalu mendeklarasikan kudeta militer terhadap Yingluck. Setelah kudeta usai, Jenderal Prayuth lalu mengangkat dirinya sendiri sebagai Perdana Menteri sementara pengganti Yingluck.

Hingga kini atau dua tahun setelah kudeta, Thailand masih dikuasai oleh pemerintahan Junta Militer.

Baca Juga: Nggak Cuma untuk Pacar, Ini 15 Ucapan Selamat Hari Valentine dalam Bahasa Inggris Lengkap dengan Artinya

Baca Juga: 8 Bantuan yang Tetap Ada di 2021, Pengganti BLT BPJS Ketenagakerjaan

6. Kudeta Filipina 1989

Corazon Aquino awalnya adalah  ibu rumah tangga biasa di Filipina. Kebetulan, suaminya adalah Benigno Aquino, senator yang populer di kalangan rakyat kecil.

Peruntungan Cory berubah setelah sang suami ditembak mati oleh orang suruhan Presiden Ferdinand Marcos di Bandara Manila sepulang dari pengasingan pada 1983.

Ketika berkuasa, Cory ternyata menghadapi banyak cobaan. Dia setidaknya mengalami tujuh kali upaya kudeta oleh militer dari Juli 1986 sampai Desember 1989.

Upaya kudeta paling dramatis terjadi pada 1 Desember 1989. Pelakunya adalah Kolonel Gregorio Honasan, perwira yang dianugerahi bintang kehormatan Revolusi EDSA oleh Cory lantaran membantunya menggulingkan Marcos.

Baca Juga: Myanmar Dikudeta Militer, Ini Imbauan dari Kemenlu RI

Honasan dibantu Jenderal Edgardo Abenina, dan Purnawirawan Jenderal Jose Zumel menggalang pasukan loyal, dengan niat menyandera Cory di Istana Malacanang.

Ternyata upaya enam kudeta sebelumnya sudah memberi Cory pengalaman menghadapi situasi krisis.

Presiden perempuan pertama di Asia Tenggara itu meminta bantuan militer Amerika Serikat. AS bergegas mendukung Cory, dengan mengirim pesawat tempur untuk memulihkan keadaan.

7.Kudeta Soviet 1991

Uni Soviet pada 19 Agustus 1991 tiba-tiba mengalami krisis politik yang akan mengubah nasib bangsa itu selama-lamanya.

Sang pemimpin republik unitaris komunis, Mikahil Gorbachev, tiba-tiba ditahan oleh beberapa pejabat partai serta tentara berhaluan garis keras. Sejumlah menteri serta pejabat keamanan negara ikut terlibat dalam kudeta ini.

Baca Juga: Resmikan Bank Syariah Indonesia, Simak Pesan Penting Presiden Joko Widodo

Gorbachev dibawa paksa dari Istana Kremlin, menuju rumah peristirahatan di Semenanjung Crimea. Dia dijadikan tahanan rumah.

Para penculik menganggap Ketua Partai Komunis Rusia itu berkhianat terhadap cita-cita sosialisme, karena hendak melakukan reformasi ekonomi, membuka arus informasi, serta memberi otonomi yang lebih besar bagi negara bagian Soviet.

Kudeta itu justru digagalkan oleh Boris Yeltsin, seteru abadi Gorbachev. Yeltsin sebagai tokoh reformis menyerukan pembebasan Gorbachev secara dramatis, dengan menaiki tank menuju Kremlin. Rakyat di Moskow, melihat sosok Yeltsin terlibat, turut menolak upaya kudeta Gorbachvev. 

Baca Juga: BLT BPJS Ketenagakerjaan Dihentikan Sementara, Ini 8 Bantuan Pemerintah yang Tetap Ada di Tahun 2021

Setelah tiga hari, kudeta ini gagal total. Menteri Pertahanan Dmitri Yazov dan Kepala Badan Intelijen KGB Vladimir Kryuchkov dihukum penjara. Sedangkan Menteri Dalam Negeri Boris Pugo bunuh diri sebelum ditangkap aparat.

Malang bagi Gorbachev, popularitasnya justru turun setelah penculikan itu. Dua pekan berikutnya, Estonia, Latvia dan Lithuania memisahkan diri dari Uni Soviet. Negara komunis terbesar di muka bumi itu bubar pada Desember 1991.

8.Kudeta Venezuela 2002

Hugo Chavez adalah pemimpin Venezuela yang berangkat dari latar militer. Pada Februari 1992, Chavez pernah memimpin usaha untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Carlos Andres Perez yang dianggap tak becus mengurus ekonomi.

Baca Juga: Kabar Gembira, Kasus Positif Corona di Jogja Turun Drastis

Baca Juga: Kasus Positif COVID-19 Tinggi, Luhut Pandjaitan Beberkan Data yang Mengejutkan

Gerakan kudeta para perwira muda itu ditumpas dalam waktu singkat. Namun Chavez justru menjadi sosok yang lebih populer di mata rakyat.

Pada 1998, Chavez berhasil memenangkan pemilu. Dia mengubah Venezuela menjadi negara sosialis yang mengedepankan program populis bagi rakyat.

Chavez secara cepat mendapatkan dukungan luas, tidak hanya dari kalangan masyarakat miskin di masyarakat Venezuela. Tetapi juga dari kalangan kelas menengah.

Namun kebijakan sosialis itu membuat Chavez dimusuhi oleh oligarki pengusaha serta politikus sayap kanan. Pada 11 April 2002, tentara pembangkang yang didukung korporasi memaksa sang presiden keluar Istana Negara.

Baca Juga: Kasus Positif COVID-19 Tinggi, Luhut Pandjaitan Beberkan Data yang Mengejutkan

Mereka menyerang ibu kota, serta mencanangkan status darurat sipil. Kudeta ini sempat didukung oleh pemerintah Amerika Serikat dan Spanyol.

9. Kudeta Turki

Tak ada angin dan hujan, militer Turki tiba-tiba melakukan kudeta terhadap pemerintahan Presiden Reccep Tayyip Erdogan. 

Perdana Menteri Turki Binali Yildirim membenarkan adanya kudeta. Dia memperoleh informasi intelijen jika aksi penggulingan pemerintah ini didalangi oleh segelintir pejabat militer.

Ribuan rakyat Turki turun ke jalan pada  memprotes penggulingan Erdogan. Beberapa polisi yang loyal pada Erdogan ikut berusaha menangkap tentara.

Tembak menembak, ledakan, serta bentrok terjadi di Ankara, menewaskan 60 orang. Pada akhirnya, Erdogan menang. Sebanyak 335 tentara yang terlibat kudeta ditahan.

Baca Juga: Duel Ibrahimovic Vs Lukaku Berlanjut, Para Petinggi Klub Justru Panaskan Tensi

Angkatan Bersenjata Turki ternyata punya sejarah khusus terkait upaya perebutan kekuasaan lewat cara kekerasan. Tentara Turki tidak asing dengan kudeta sebagai upaya mengganti rezim yang dirasa berseberangan dengan agenda elit militer.***

Editor: Sunti Melati

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler