Serangan Umum 1 Maret 1949 : Latar Belakang, Tokoh, hingga Kontroversi Soeharto

- 28 Februari 2021, 23:12 WIB
Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949 dibuat untuk mengenang jasa para TNI dan rakyat yang berjuang untuk melawan Belanda yang menyatakan TNI sudah tidak ada dan Indonesia lemah.*
Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949 dibuat untuk mengenang jasa para TNI dan rakyat yang berjuang untuk melawan Belanda yang menyatakan TNI sudah tidak ada dan Indonesia lemah.* /Kemendikbud



KABAR JOGLOSEMAR - Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 diperingati sebagai salah satu peristiwa bersejarah dalam proses menuju Indonesia yang benar-benar merdeka.

Adapun latar belakang terjadinya peristiwa tersebut, para tokoh, hingga kontroversi mengenai peran Soeharto yang menarik untuk diperbincangkan.

Serangan Umum 1 Maret 1949 berawal dari sebuah Agresi Militer Belanda II. Serangan tersebut terjadi sebagai respons Belanda terhadap perjanjian Renville.

Baca Juga: Pada Peringatan Serangan Umum 1 Maret 2021, Presiden Jokowi Resmikan KRL Jogja-Solo

Baca Juga: Cek di Sini Jangka Waktu, Manfaat, Hingga Cara Mendapatkan Bantuan KIP Kuliah 2021

Belanda menduga Indonesia telah mengingkari isi dari perjanjian tersebut. Lantas pihak Belanda melancarkan agresi militer di Yogyakarta pada tanggal 19-20 Desember 1948.

Tokoh-tokoh penting dalam peristiwa Agresi Militer Belanda II antara lain seperti, Letnan Jenderal S.H. Spoor serta Engels.

Pada pagi hari, tanggal 19 Desember 1948, keduanya memimpin pasukan untuk menyerang daerah Wonocatur serta Maguwo, Yogyakarta.

Baca Juga: Pakai 2 Dokumen Ini untuk Daftar DTKS Sebagai Syarat Penerima Bansos 2021

Baca Juga: Alasan Ada Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta

Setelahnya, Belanda pun berhasil menguasai Yogyakarta serta menangkap para pimpinan dari kota pelajar tersebut.

Menanggapi hal ini, sejarah mencatat bahwa Sri Sultan Hamengkubuwono IX bersama Letkol Soeharto menjadi tokoh penting terjadinya Serangan Umum 1 Maret 1949.

Peristiwa ini disiasati oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang merasa sedih dengan penderitaan masyarakat Yogyakarta.

Baca Juga: Usai Ditangkap atas Dugaan Kasus Narkoba, Keponakan Ashanty, Millen Cyrus Masih Diperiksa Polisi

Oleh karenanya, ia memberikan usulan kepada Jenderal Soedirman untuk merencanakan sebuah pergerakan melawan Belanda.

Baru, setelah itu pada tanggal 1 Maret 1949 masyarakat Yogyakarta berhasil meluncurkan pertempuran Serangan Umum.

Disebutkan bahwa Letkol Soeharto kala itu  memimpin pasukan dari arah barat menuju arah Malioboro.

Baca Juga: Sehari Pasca Dilantik Jadi Walikota Solo, Gibran Blusukan Pantau Razia PSK

Sementara itu dari arah timur dan selatan, pasukan Serangan Umum 1 Maret 1949 dipimpin oleh Letkol ol Ventje Sumual serta Mayor Sardjono.

Disusul dari arah utara oleh Mayor Kusno. Serangan terhadap pasukan Belanda ini pun terbukti mampu merebut kembali wilayah Yogyakarta dalam kurun waktu  6 jam.

Meskipun demikian, pasukan Belanda saat itu kembali melakukan serangan yang memaksa mundur pasukan Indonesia.

Baca Juga: Bawa KTP dan Surat Undangan, Begini Cara Cairkan BST Rp300 Ribu Bulan Februari 2021

Selain latar belakang serta para tokoh-tokoh yang berperan penting pada Serangan Umum 1 Maret 1949, adapun kontroversi terkait Letkol Soeharto.

Walaupun Soeharto dicatat sebagai seorang inisiator yang memimpin pasukan Indonesia, berdasarkan buku dengan judul Laporan tentang Dewan Jenderal kepada Jenderal Soeharto hal tersebut justru berlaku sebaliknya.

Tertulis bahwa berdasarkan pengakuan anak buah Soeharto. Abdul Latief, saat pertempuran terjadi sang Letnan ia dapati tengah bersantai sembari menikmati soto babat.

Baca Juga: Sinopsis Drama Vincenzo Eps 4: Vincenzo Pecahkan Misteri Babel Group

Baca Juga: Memasuki Minggu Prapaskah II, Simak Tanggal Penting Paskah 2021 

Selain itu, dilaporkan juga bahwa 12 anak buah Latief telah terluka, sedangkan dua orang meninggal dunia.

Latief mendapati Letkol Soeharto tengah menikmati soto babat bersama ajudan serta pengawalnya ketika ia kembali ke markas di Kuncen, barat Kota Yogyakarta.

Hingga kini, hal tersebut masih menjadi kontroversi yang berkaitan erat dengan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. ***

Editor: Sunti Melati

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x