BPPTKG Yogyakarta Prediksi Letusan Merapi Bersifat Efusif Seperti Erupsi 2006

- 30 November 2020, 07:30 WIB
Gunung Merapi.
Gunung Merapi. /merapi.bgl.esdm.go.id

KABAR JOGLOSEMAR - Gunung Merapi hingga kini memiliki status Siaga setelah dinaikkan pada 5 November 2020 lalu.

Pada status siaga ini, masyarakat DIY dan Jawa Tengah diimbau untuk waspada dan siap akan segala macam hal yang kemungkinan terjadi. Termasuk erupsi alias meletus.

Baca Juga: Guguran Lava Jadi Potensi Ancaman Erupsi Gunung Merapi, Pemkab Diminta Siaga

KepalaKepala BPPTKG (Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida, menyampaikan bahwa Gununr Merapi diprediksi mengalami erupsi yang bersifat efusif.

Letusan yang bersifat efusif adalah letusan yang terjadi karena dapur magma yang dangkal, sifatnya yang basa, dan volume gas yang kecil.

Erupsi efusif ini memiliki ciri pengeluaran lava menuju ke permukaan Bumi yang terkadang disertai dengan terjadinya letusan eksplosif yang kecil.

Dikutip KabarJoglosemar.com dari bnpb.go.id, letusan yang bersifat efusif bisa terjadi kapan saja. Letusan ini mirip seperti erupsi Merapi tahun 2006 lalu.

Namun, Hanik menyebutkan bahwa pada kondisi tersebut tidak menutup kemungkinan akan terjadi erupsi yang bersifat eksplosif.

"Kalau eksplosif itu tidak sebesar tahun 2010," kata Hanik.

Baca Juga: Kondisi Terkini Gunung Merapi, BPPTKG Ingatkan Ada Potensi Bahaya

Prediksi letusan Gunung Merapi yang bersifat efusif itu, menurut Hanik Humaida, diperoleh berdasarkan temuan sejumlah fakta secara periodik.

"Hingga sejauh ini tidak terpantau adanya indeks kegempaan vulkanik dalam," kata Hanik.

Berdasarkan data yang dihimpun, gas yang memengaruhi pola erupsi Merapi pun lepas berangsur-angsur

Tak hanya itu, pola kegempaan pun memiliki kesaman dengan pra erupsi pada tahun 2006.

"Karena kegempaan vulkanik dalam itu tidak ada atau tidak terpantau alat.Tidak ada tekanan berlebih dari dapur magma. Pola kegempaan juga mirip 2006. Gas-gas terilis lebih dulu," kata Hanik Humaida.

Dengan melihat perkembangan tersebut, Ganjar Pranowo, Gubernur Jateng yang menjadi keynote speaker lam diskusi itu mengingatkan bahwa meski perkiraan sementara eupsi Gunung Merapi akan bersifat efusif, namun dia tetap meminta seluruh komponen agar tetap siaga dan waspada.

Baca Juga: 12 Desa di DIY dan Jawa Tengah Ini Masuk dalam Radius Daerah Bahaya Bencana Merapi

"Jangan menganggap remeh. Sebab, pada periode sebelumnya erupsi Gunung Merapi telah memberikan pelajaran dan gambaran yang nyata tentang potensi dan ancaman bahayanya. Dulu ada bunker bawah tanah, tapi nyatanya nggak kuat," kata Ganjar Pranowo.

Ganjar yakin masyarakat di lereng Gunung Merapi sudah lebih mengerti dan memahami apa yang harus dilakukan ketika terjadi erupsi.

Di samping itu, Gubernur Jateng juga percaya bahwa masyarakat lereng Gunung Merapi memiliki kearifan lokal tentang Early Warning System yang baik dan masih dipertahankan hingga saat ini.

"Saya melihat kearifan lokalluar biasa. Kentongannya hidup lagi. Early Warning System yang baik sekali. Masyarakat sudah sangat mengerti tentang kondisi Gunung Merapi dan apa yang harus segera mereka dilakukan," kata Ganjar Pranowo.

Ganjar juga meminta segenap komponen dan pemerintah di daerah agar dapat menggunakan hasil monitoring BPPTKG terkait perkembangan aktivitas Gunung Merapi tersebut sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan berbasis pengurangan risiko bencana.

Baca Juga: Cek, Ini Daerah yang Masuk Daerah Rawan Bencana Merapi

Hanik juga mengajak seluruh masyarakat di wilayah Kawasan Rawan Bencana (KRB) III agar selalu waspada dan dapat memahami tentang fenomena alam yang kemudian akan memberikan pelajaran dan manfaat untuk ke depan.

Masyarakat diimbau untuk mewaspadai setiap aktivitas Merapi lewat media sosial BPPTKG.***

Editor: Ayusandra Adhitya Septi Andani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah