KABAR JOGLOSEMAR – Serangan Umum 1 Maret yang terjadi pada tahun 1949 silam merupakan salah satu momen paling bersejarah di Yogyakarta.
Serangan besar-besaran yang dilakukan oleh kolaborasi TNI dengan rakyat sipil terhadap Belanda tersebut difokuskan di Yogyakarta yang saat itu diduduki Belanda.
Namun, pernahkah terlintas di benak Anda kenapa saat itu justru di Yogyakarta dan bukan di Jakarta?
Baca Juga: Kesan Presiden Jokowi Soal KRL Jogja-Solo: Lebih Cepat, Lebih Murah
Padahal, saat itu Jakarta memang sudah menjadi kota sentral pemerintahan RI. Proklamasi kemerdekaan hingga Istana Negara juga terletak di Jakarta.
Mengapa Serangan Umum 1 Maret difokuskan ke Yogyakarta?
Ternyata, hal ini karena saat itu Yogyakarta memang tengah menjadi ibukota Republik Indonesia.
Baca Juga: Gorong-gorong, Salah Satu Kunci Keberhasilan Serangan Umum 1 Maret di Yogyakarta
Baca Juga: Ikatan Cinta 1 Maret 2021: Rafael Beri Petunjuk, Angga Makin Yakin Elsa Terlibat Pembunuhan Roy
Saat itu, ibukota negara dipindahkan dari Jakarta ke Yogyakarta. Jakarta dinggap tidak aman dan kondusif untuk melaksanakan roda pemerintahan pasca proklamasi.
Selain itu, Serangan Umum 1 Maret merupakan serangan balik dari Indonesia terhadap Agresi Militer Belanda II yang tiba-tiba menyerbu Yogyakarta.
Setelah menduduki Yogyakarta pasca agresi militer tersebut, Belanda membuat propaganda bahwa Indonesia sudah tidak ada lagi karena Yogyakarta, ibukota negara Indonesia, sudah dikuasai Belanda.
Baca Juga: Jarang Diketahui, Ini Peran Besar Keraton Yogyakarta saat Peristiwa Serangan Umum 1 Maret
Baca Juga: Millen Cyrus Positif Narkoba Jenis Benzo, Ini Kata BNN
Oleh karena itu, untuk membuktikan bahwa Indonesia masih ada, pasukan TNI menyerbu Yogyakarta.
Dan meski hanya menduduki Yogyakarta selama enam jam, upaya tersebut berhasil menyadarkan dunia luar bahwa Indonesia masih ada.
Setelah Soekarno dan para pejabat pemerintah lainnya kembali ke Yogyakarta, Soekarno dilantik sebagai Presiden RI di Siti Hinggil Keraton Yogyakarta pada Desember 1949.***