Gara-gara Perkataan Presiden Prancis Ini, Beberapa Negara Dunia Serukan Boikot Produk Prancis

- 4 November 2020, 13:05 WIB
Tangkap Layar Presiden Prancis, Emmanuel Macron saat wawancara terkait sentimen yang ditujukan padanya soal karikatur Nabi Muhammad.
Tangkap Layar Presiden Prancis, Emmanuel Macron saat wawancara terkait sentimen yang ditujukan padanya soal karikatur Nabi Muhammad. /YouTube/Al Jazeera English

KABAR JOGLOSEMAR - Pidato Presiden Prancis, Emmanuel Macron dalam penghormatannya terhadap Samuel Paty, berbuntut panjang.

Samuel Paty adalah guru sekolah yang dianiaya hingga dipenggal karena menunjukkan gambar kartu Nabi Muhammad di kelasnya.

Saat itu, Paty berpendapat bahwa hal itu adalah salah satu bentuk kebebasan berekspresi.

Baca Juga: Cek 13 Produk Prancis yang Mudah Ditemui di Supermarket Indonesia

Setelah pidato itu, dunia diramaikan dengan seruan aksi boikot produk Prancis dan juga demo. Tak cuma di luar negeri saja, hal itu juga terjadi di Indonesia.

Rupanya hal itu dikarenakan pernyataan Emmanuel Macron, Presiden Prancis yang dianggap menghina Islam dan Nabi Muhammad.

Buntutnya, negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam melakukan aksi boikot produk Prancis dan mulai menarik dan menyegel dari toko-toko.

Baca Juga: Cek 13 Produk Prancis yang Sering Dipakai Setiap Hari Oleh Masyarakat Indonesia

Namun jauh sebelum pernyataan Macron muncul, dari sinilah semuanya bermula.

Sekitar September 2020, proses pengadilan penyerangan di kantor Majalah Charlie Hebdo pada 2015 lalu kembali bergulir.

Di bulan yang sama itulah, penerbit majalah satir itu kembali menerbitkan kartun Nabi Muhammad. Sempat ada aksi protes yang dilayangkan kepada kantor lama majalah itu.

Tak lama berselang, pada 2 Oktober 2020 lalu. Macron menyampaikan pidato soal separatisme islamis. Dalam pidato yang panjang itu, ia menyebut banyak hal termasuk krisis yang terjadi di sana.

Baca Juga: Berita Duka, Dalang Kondang Asal Jogja Ki Seno Meninggal Dunia

Baca Juga: Ini 6 Syarat Karyawan Bisa Dapat BLT BPJS Ketenagakerjaan Gelombang 2

"Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis saat ini di seluruh dunia, kita tak hanya melihat hal ini di negara kita saja" ungkap Macron seperti dikutip KabarJoglosemar.com dari Reuters.

Sekitar 2 minggu berselang, tepatnya pada 16 Oktober 2020, Samuel Paty, seorang guru sejarah ditemukan tewas terbunuh oleh remaja imigran.

Samuel Paty sendiri diketahui sempat mengajar di kelas soal kebebasan berpendapat dengan menunjukkan kartun Nabi Muhammad sebagai contohnya.

Penghormatan untuk Paty digelar dan dihadiri oleh Macron. Dilansir dari France 24 kala itu, di hadapan sekitar 400 tamu di Universitas Sorbonne.

Baca Juga: Tak Sekadar Beri Pelatihan, BLK Juga Salurkan Tenaga Kerja

"Kami akan melanjutkan perjuangan untuk kebebasan," kata Macron pada 21 Oktober 2020.

Belum sampai di situ, dukungannya untuk kebebasan berpendapat dan dukungan atas aksi Paty ditunjukannya lewat cuitan pribadi di Twitter pada 22 Oktober 2020.

“Kami akan terus bertahan, profesor. Kami akan terus berjuang untuk kebebasan, kamu telah jadi wajah perjuangan mempertahankan republik,” kata Macron.

Bagi Macron, pemenggalan guru sejarah tersebut merupakan serangan teroris Islam. Macron juga menuduh Muslim bersikap separatis.

Baca Juga: Ini yang Membuat Lay EXO Trending di Twitter dan Dapat Komentar Negatif

Bahkan, Macron membela bahwa kartun Nabi Muhammad merupakan bentuk kebebasan berekspresi warganya.

Hal ini membuat umat Muslim di seluruh dunia menunjukan sentimennya atas ujaran Presiden Prancis itu. Seperti yang diketahui, penggambaran Nabi Muhammad menyinggung Umat Islam, karena dalam tradisi Islam secara eksplisit melarang gambar Allah dan Muhammad.

Buntutnya, masyarakat dari berbagai negara menyuarakan untuk memboikot produk Perancis. Recep Tayyip Erdogan, Presiden Turki bahkan terang-terangan menyuarakan aksi boikot.

Baca Juga: Cek! Ini Dia 25 Produk Perancis yang Tersebar Luas di Indonesia

"Seperti yang dikatakan di Prancis, jangan beli barang buatan Turki," kata Erdogan seperti dikutip dari AFP.

"Saya serukan kepada warga saya di sini, jangan pernah memberikan pujian kepada barang Prancis, jangan membelinya," sambung dia.

Hingga saat ini, gelombang boikot masih belum mereda di sejumlah negara. ***

Editor: Sunti Melati

Sumber: Kabar Joglosemar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah