Network
KABAR JOGLOSEMAR - Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida menyampaikan aktivitas Gunung Merapi sudah memasuki fase erupsi efusif.
Menurutnya, pada fase erupsi efusif terjadi pertumbuhan kubah lava disertai adanya guguran lava serta awan panas guguran (APG).
Fase efusif itu teramati sejak 4 Januari 2021 dan masih berlangsung sampai sekarang. Bahkan, pada Rabu, 27 Januari 2021 terjadi 52 kali awan panas guguran selama 24 jam.
“Sejak tanggal 4 Januari 2020 Gunung Merapi telah memasuki fase erupsi yang bersifat efusif atau yang kita kenal juga sebagai Tipe Merapi, yaitu erupsi dengan pertumbuhan kubah lava kemudian disertai dengan guguran lava dan awan panas guguran,” ungkap Hanik Humaida melalui siaran pers video seperti dikutip KabarJoglosemar.com.
Baca Juga: Orang yang Belum Menikah Dilarang Memberi Angpao Pada Perayaan Imlek, Ternyata Ini Alasanya
Baca Juga: Rangkuman Fakta Wakil DPRD Sulut Akhirnya Minta Maaf Setelah Video Istri Hadang Mobil Viral
Ia menjelaskan adanya awan panas guguran itu mengakibatkan hujan abu vulkanik dengan berbagai intensitas di beberapa desa di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali, dan Kota Boyolali, Jawa Tengah.
Luncuran awan panas memang mengarah ke sektor selatan - barat daya, namun arah angin cenderung ke timur. Sehingga awan panas itu terbawa ke timur dan menyebabkan hujan abu di sebagian wilayah Boyolali.
Oleh karenanya, Kepala BPPTKG mengimbau agar masyarakat tidak beraktivitas di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III dengan jarak 5 kilometer dari puncak, terutama pada alur Kali Krasak, Kali Bebeng, Kali Boyong, Kali Putih dan Kali Bebeng.
