Jumlah Kematian Global Akibat Virus Corona Mencapai 2 Juta Jiwa

- 16 Januari 2021, 16:21 WIB
Pemakaman jenazah yang meninggal akibat terpapar virus corona
Pemakaman jenazah yang meninggal akibat terpapar virus corona /ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal

KABAR JOGLOSEMAR - Sebanyak 2 juta orang meninggal akibat ganasnya pandemi corona yang melanda seluruh belahan dunia.

Jumlah tersebut tak main-main, setidaknya total lebih banyak dari jumlah warga di negara bagian Nebraska atau hampir sama dengan jumlah populasi di Slovenia.

Jumlah kematian global akibat virus corona melonjak melewati angka dua juta pada hari Jumat, 15 Januari 2021. Tepatnya lebih dari setahun setelah virus pertama kali terdeteksi di kota Wuhan di Cina.

Baca Juga: Donald Trump Bakal ke Florida Sebelum Pelantikan Biden Sebagai Presiden Amerika

Baca Juga: Masuk Hari ke-8, Tim SAR Terjunkan 62 Armada Kapal untuk Pencarian Korban Sriwijaya Air SJ 182

Selain itu, terdapat hampir 500.000 kematian tak terduga di seluruh dunia selama setahun terakhir, tinjauan data kematian di 35 negara menunjukkan gambaran yang lebih jelas tentang jumlah korban krisis.

Dikutip dari New York Times, jumlah kematian ini jauh lebih banyak orang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Setidaknya butuh lebih dari sembilan bulan bagi dunia untuk melewati satu juta kematian pada akhir September tahun 2020 lalu.

Dan hanya dalam waktu kurun waktu tiga bulan, virus itu telah merenggut satu juta nyawa lagi.

Baca Juga: BMKG: Masih Ada Gempa Susulan, Masyarakat Diminta Waspada

Baca Juga: Ini Dugaan Sementara Penyebab Terjadinya Gempa di Sulbar Menurut BMKG

Bahkan kini diperparah dengan varian baru yang sekarang beredar di seluruh dunia menjadi subjek studi ilmiah yang mendesak karena telah terbukti lebih menular.

Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan minggu ini bahwa varian itu telah terdeteksi setidaknya di 22 negara Eropa. Alhasil, pemerintah di seluruh benua terus memperketat pembatasan sebagai tanggapan atas ancaman tersebut.

Lebih dari 230 juta orang di seluruh Eropa sekarang berada di bawah lockdown penuh menurut WHO. ***

Editor: Galih Wijaya

Sumber: New York Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah