BNPB Terapkan 4 Pendekatan Perencanaan Berkualitas dalam Penanggulangan Bencana

- 3 Desember 2020, 22:00 WIB
Gunung Merapi.
Gunung Merapi. /ANTARA FOTO

KABAR JOGLOSEMAR - Indonesia sangat rentan terhadap berbagai bentuk bencana alam. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pun berusaha mencari cara yang tepat untuk menanggulangi bencana alam.
 
Hal ini dilakukan dengan membuat perencanaan yang tepat dan berkualitas dalam upaya penanggulangan bencana alam. Dengan demikian, penanggulangan bencana yang terjadi hampir setiap tahun bisa dilakukan dengan tepat.
 
Penanggulangan bencana yang baik merupakan cerminan dari perencanaan yang berkualitas. Karena itu, dalam menyusun pencanaan harus memperhatikan berbagai hal, seperti melakukanpendekatan holistik, integratif, tematik dan spasial dalam rangka perkuatan kebijakan ‘money follows program.’
 
 
Harmensyah, Sekretaris Utama BNPB, dalam pertemuan koordinasi teknis dan sinkronisasi perencanaan program dan anggaran tahun 2022 wilayah timur, di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (2/12/2020), mengatakan, ada sejumlah penekanan dari kebijakan yang dicanangkan Presiden RI Joko Widodo dalam penyusunan program.
 
Pertama, pendekatan holistik tentang bagaimana perencanaan secara menyeluruh dan komprehensif menjawab tantangan dari hulu sampai dengan hilir.
 
Menurut Harmensyah, pendekatan tersebut berlaku pada setiap tahapan penanggulangan bencana, prabencana, saat dan pascabencana. Hal ini bertujuan untuk menurunkan risiko bencana. "Kita harus tahu bahwa risiko bencana adalah fungsi dari hazard, dan vulnerability, kerentanan, dibagi dengan kapasitas,” kata Harmensyah.
 
 
Dikatakan, kita harus menekan kapasitas di bidang perencanaan, harus mampu membuat suatu hal yang lebih fokus sehingga ukuran-ukuran kinerja dapat diwujudkan dengan baik.
 
Kedua, pendekatan integratif. Pendekatan ini merujuk pada multi-stakeholders dan lintas bidang dijawab dengan perencanaan terpadu.
 
Dalam hal ini yang dimaksud terpadu adalah ada pembagian kewenangan, siapa berbuat apa, yang didukung integrasi sumber pendanaan yang optimal. 
 
 
Dalam menyusun rencana kontinjensi, menurut Harmensyah, bisa di meja saja, duduk bersama-sama stakeholders ,hadirkan semua, bagaimana kita mampu menggerakkan nanti sumber daya logistisk, pendanaan.
 
"Kita mampu menggerakkan apa yang kita butuhkan saat di sana, pengerahannya dapat betul-betul dilakukan dengan baik,” kata Harmensyah saat memberikan contoh pada pendekatan integratif.
 
Ketiga, pendekatan tematik. Hal ini merujuk pada perencanaan yang disusun harus fokus dan menekankan pada keluaran yang jelas dan terukur. "Berapa banyak kita bisa menyelamatkan korban jiwa. Ini bisa diukur, dibuatkan tools. Kita bisa mengukur apa indikator keberhasilannya,” kata Harmensyah. 
 
 
Dan keempat, pendekatan spasial. Hal ini merupakan perencanaan yang terintegrasi dan dilakukan dalam konteks ruang atau lokasi dengan fungsi-fungsi yang ditetapkan secara sinergi besama-sama.
 
Harmensah memberi contoh, Indonesia yang berada di daerah yang rawan banjir, longsor atau daerah yang rawan gempa, tsunami, perlu lihat alurnya bagaimana dari peta risiko rawan bencana.
 
Bagaimana kita melihatnya. Ini dijadikan patokan, payunguntuk menyusun program dan perencanaannya.
 
 
"Dengan melihat konteks tersebut, rencana akan menjadi jelas dan ini tidak terlepas dari RUPRK, RUTRP atau pun tata ruangnya," kata Harmensyah seperti dikutip Kabar Joglosemar dari laman resmi bnpb.go.id.***

Editor: Sunti Melati

Sumber: BNPB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x