Tembakau Alternatif, Punya Potensi Jadi Pengganti Rokok Konvensional

29 November 2020, 19:38 WIB
Ilustrasi tembakau /Pixabay/Humusak


KABAR JOGLOSEMAR- Maraknya berbagai produk rokok yang ada saat ini membawa satu produk yang cukup unik yaitu tembakau alternatif.

Meski bukan hal baru tapi hampir 1 dekade ini kehadiran tembakau alternatif makin diminati pecinta tembakau.

Beberapa produk tembakau alternatif yang dipanaskan antara lain rokok elektrik, snus dan kantung nikotin.

Pendiri dan Ketua Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Indonesia, Achmad Syawqie, menjelaskan konsep pengurangan risiko sudah banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti sabuk pengaman, airbag, helm, dan garam rafinasi

Baca Juga: Kenapa Selena Gomez Lakukan Transplantasi Ginjal? Ini Jawabannya

Produk tembakau alternatif yang menerapkan konsep pengurangan risiko memiliki potensi untuk menjadi pilihan bagi perokok dewasa mengurangi risiko kesehatan dengan beralih sepenuhnya pada tembakau alternatif.

"Beberapa kajian ilmiah luar negeri membuktikan bahwa produk ini memang jauh lebih rendah risiko kesehatan dibandingkan dengan rokok konvensional. Inovasi ini bisa menjadi solusi bagi permasalahan rokok di Indonesia,” ujar Syawqie dalam acara diskusi media terbatas secara online seperti dikutip dari Pikiran-Rakyat.com dalam artikel berjudul Untuk Kendalikan Rokok, Tembakau Alternatif Disebut Potensial Hentikan Kecanduan, Minggu (29/11/20).

Sejumlah penelitian ilmiah, seperti Public Health England dan German Federal Institute for Risk Assessement (BfR), menyimpulkan bahwa rokok elektrik dan produk tembakau yang dipanaskan memiliki risiko kesehatan yang lebih rendah daripada rokok.

Baca Juga: NIK Tidak Muncul di eform.bri.co.id Tetap Bisa Cairkan BPUM BLT UMKM, Ini Syaratnya

UK Committee on Toxicology (COT), bagian dari Food Standards Agency, juga menyimpulkan secara positif bahwa produk tembakau yang dipanaskan mengurangi bahan kimia berbahaya sebesar 50 hingga 90 persen daripada rokok.

Meski demikian, pada awal kehadirannya di Indonesia, produk tembakau alternatif menuai pro dan kontra karena minimnya informasi akurat dan penelitian dalam negeri.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran (Unpad) bersama dengan YPKP Indonesia secara independen menginisasi penelitian untuk mengetahui profil risiko produk tembakau alternatif.

“Saat itu kami menjadi pioneer penelitian produk tembakau alternatif di Indonesia. Penelitian pertama kami menemukan bahwa uap hasil pemanasan dari cairan e-liquid pada rokok elektrik mengandung kontaminan yang lebih rendah dari asap rokok,” jelasnya.

Penelitian tersebut disambut baik oleh berbagai pihak termasuk pemerintah dan pelaku industri.

Baca Juga: V BTS hingga Kyuhyun Super Junior, Ini 7 Idol Kpop yang Menderita Penyakit Berbahaya

YPKP juga secara proaktif menyampaikan temuan tersebut kepada Pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun regulasi yang tepat untuk produk ini.

YPKP juga melakukan penelitian lanjutan mengenai tingkat genotoksik di sel dalam tubuh dengan menghitung jumlah mikronukleus pada sel epitel mukosa bukal pada bagian rongga mulut.

Hasil penelitian menunjukkan pengguna rokok elektrik memiliki jumlah sel mikronuklei yang signifikan lebih rendah dibandingkan dengan perokok dan efek genotoksik terhadap sel mukosa bukal pengguna rokok elektrik lebih rendah dibanding rokok.

Fakta ini menjadi pendorong YPKP Indonesia dalam melakukan penelitian untuk dapat memberikan informasi yang akurat untuk tujuan kesehatan masyarakat.

Baca Juga: Nonton Bareng Alias Nobar Ikatan Cinta, Fans Terniat Demi Baper Bareng Lihat Al dan Andin

“Kami secara terbuka mengajak para pemangku kepentingan utama, seperti Pemerintah melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan juga Kementerian Kesehatan serta pelaku industri untuk dapat melakukan kajian yang lebih mendalam di dalam negeri,” pungkasnya.*** (Pikiran Rakyat/Gita Pratiwi)

 

Editor: Ayusandra Adhitya Septi Andani

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler