Baca Juga: Wow Utang PLN Tembus Rp 500 Triliun, Capex PLN Ditekan hingga 50 Persen
Pameran yang juga didukung oleh Mandala Majapahit UGM, Pegiat Desa Mainan dari Desa Pandes, Panggungharjo, Bantul. Selain bercerita tentang dunia anak-anak, pameran ini tetap menaruh persoalan budaya sebagai bagian dari identitas.
Beberapa hal berkaitan dengan tradisi dan konteks sosial budaya turut menjadi pengisi ruang pameran antara lain, seperti upacara tradisi anak-anak dalam konsep daur hidup.
“Permainan tradisional ini dihadirkan sebagai bagian dari kearifan lokal yang berpotensi mengedukasi pengunjung. Meskipun kenyataannya, permainan tradisional yang penuh nilai-nilai lokal inipun telah tergerus oleh jaman,” terang Kepala Museum Sonobudoyo Setyawan Sahli, saat pembukaan pameran, Rabu (2/6/2021).
Pengunjung pameran harus melalui labirin untuk dapat menikmati koleksi-koleksi dolanan atau permainan tempo dulu ataupun ketika ingin berpindah dari satu ruang ke ruang yang lain.
Dari sinilah para pengunjung akan merasa bernostalgia kembali ke masa kanak-kanak. Pameran juga menjadi wahana pendidikan bagi anak-anak kekinian, tentang nilai, norma dan kerukunan yang dipetik dari budi pekerti masa lalu.***