KABAR JOGLOSEMAR - Makna dari dolanan kithiran itu, bahwa hidup manusia itu terkadang ada di atas juga terkadang berada di bawah. Namun kehidupan tetap harus berjalan dan dijalani.
Demikian diungkapkan oleh Mbah Atmo (82 tahun) dalam bahasa Jawa kromo madya, Rabu (2/6/2021), di Ruang Pameran Temporer Sonobudoyo, Jalan Pangurakan, Yogyakarta.
Mbah Atmo merupakan salah satu dari 7 orang pengrajin dolanan atau mainan anak-anak tempo dulu yang masih bertahan, berasal dari Desa Pandes, Panggungharjo, Kabupaten Bantul, DIY.
Baca Juga: Ayah Meninggal Dunia, Ria Ricis Masih Belum Bisa Dihubungi
Baca Juga: Keluarga Larissa Chou dan Alvin Faiz Bertemu, Ibu Alvin: Indahnya Kebersamaan
Dolanan yang masih eksis diprodruksi hingga kini antara lain, kithiran (kincir), othok-othok, othong-othong, sangkar burung, kipas, lampion dan wayang kertas.
Keberadaan dolanan tempo dulu produk Desa Pandes itu, merupakan salah satu item gelaran Pameran Temporer Abhinaya Karya oleh Museum Sonobudoyo, Yogyakarta.
Pameran bertajuk “Kembara Gembira: Ayo Dolan! Ayo Cerita!”, berlangsung tanggal 2 - 30 Juni 2021, pukul 09:00 - 21:00 WIB.
Editor: Sunti Melati