KABAR JOGLOSEMAR -- Produk budaya dari hasil akulturasi antara budaya Jawa dan Cina tak terhitung jumlahnya dan bentuknya pun beraneka ragam, dari bentuk kesenian atau seni pertunjukan, corak batik, arsitektur bangunan, hingga aneka macam kuliner.
Kota Semarang sebagai bagian dari daerah pesisir yang juga sebagai kota pelabuhan dalam hal akulturasi itu sangat tampak sekali.
Salah satunya adalah di bidang kuliner antara lain, lumpia, tahu, bakso, tahu gimbal, wingko babat dan sebagainya. Ada satu lagi produk kuliner legenda berbentuk minuman keras (miras) atau minuman beralkohol hasil akulturasi budaya Jawa dan Cina, bernama Congyang.
Baca Juga: Weton Amanda Manopo Jumat pon, Ini Ramalan Primbon Jawa pada Pemeran Andin di Ikatan Cinta
Baca Juga: 7 Lambang Weton Primbon Jawa untuk Mencari Kecocokan Pekerjaan, Weton Lambang Mata Cocok Jadi Artis
Minuman Congyang merupakan hasil hasil fermentasi beras dan gula pasir, sepirit, perasa kopi moka, pewarna makanan juga dilengkapi dengan beberapa kandungan lain dan tergolong dalam minuman beralkohol tipe B.
Dalam kemasan botolnya diberi label Cap Tiga Orang, namun warga Kota Semarang menyebut dengan nama Ceye (CY) atau Congyang.
Menurut berbagai sumber, pencipta Congyang adalah seorang kakek yang akrab disapa Koh Tiong, pewaris generasi peracik obat berdarah Tionghoa yang menetap di Kota Semarang.
Baca Juga: Dibuka Lagi Tahun 2021, Ini Langkah untuk Dapat BPUM UMKM Rp 1,2 Juta