Situasi itu diperparah dengan mulai banyaknya kendaraan di jalanan Ibu Kota yang berkontribusi pada polusi udara.
"Berdasarkan data dari Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) yang dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta pada tanggal 15 Juni 2022 sejak dini hari kelembapan tinggi, sedangkan suhunya rendah. Akibatnya, polutan pencemar udara terakumulasi di lapisan troposfer," kata Yogi
Kondisi udara dengan kondisi terburuk di rangking pertama yakni Riyadh, Arab Saudi dengan kualitas udara 154, rangking kedua Santiago, Cile dengan kualitas udara 143, rangking ketiga Dubai, Uni Emirat Arab dengan kualitas udara 143, rangking keempat berada di Kathmandu, Nepal dengan kualitas udara 127.
Baca Juga: Abrasi Laut di Pantai Amurang Minahasa Selatan Merobohkan 1 Jembatan dan 15 Rumah
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengaku akan mengecek informasi tersebut. Ia beserta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan mengevaluasi dan mengatasi hal tersebut.
Riza menjelaskan Jakarta menjadi kota yang cukup padat, terlebih kondisi sudah mulai kembali normal. Sehingga kata Riza, terjadi peningkatan polusi di Jakarta.
"Memang Jakarta ini cukup padat. Kendaraan kembali normal, ada peningkatan polusi, makanya jadi perhatian kita (Pemprov)," papar Riza.