2 Bulan Mengungsi, Ini Cerita Para Pengungsi Gunung Merapi

- 19 Desember 2020, 22:33 WIB
Suasana pengungsian Gunung Merapi di Glagaharjo.
Suasana pengungsian Gunung Merapi di Glagaharjo. /KabarJoglosemar/Philipus Jehamun

KABAR JOGLOSEMAR - Sudah hampir dua bulan mengungsi sejak status Gunung Merapi naik ke level 3 atau Siaga, 5 November 2020, ratusan warga dari Dusun Kali Tengah, mengungsi ke Barak Pengungsian Desa Glagaharjo, Kecamatang Cangkringan, Kabupaten Sleman.

Data yang diperoleh Kabar Joglosemar dari Nyadi Kasmorejo, relawan di Posko Perlindungan Perempuan dan Anak Barak Pengungsian Glagarhajo, Cangkringan, Jumat (19/12/2020), menyebutkan, bahwa pada Jumat (18/12/2020), sebanyak 225 jiwa.

Baca Juga: Status Merapi Masih Siaga, Pemkab Magelang Perpanjang Masa Tanggap Darurat

Para pengungsi merupakan kelompok rentan yang terdiri dari 75 orang lanjut usia (lansia), 61 orang dewasa, 1 orang ibu hamil, 16 ibu menyusui, 10 orang lansia disabilitas, 34 anak-anak, 7 anak balita, 17 bayi dan 4 orang disabilitas dewasa.

"Setiap hari jumlahnya tidak tetap karena ada yang pulang menengok rumahnya. Tapi rata-rata jumlahnya seperti itu," kata Nyadi Kasmorejo kepada Kabar Joglosemar di Barak Pengungsian Glagaharjo, Cangkringan, Sabtu (19/12/2020).

Selain 225 warga Kalitengah yang mengungsi, sebanyak 166 ekor hewan ternak milik warga juga ikut mengungsi di kandang komunal yang telah disediakan di Glagaharjo.

Suasana pengungsian Gunung Merapi di Desa Glagaharjo.
Suasana pengungsian Gunung Merapi di Desa Glagaharjo. KabarJoglosemar/Philipus Jehamun

Selama hampir 2 bulan mengungsi di Barak Pengungsian, warga mengaku sudah bosan atau jenuh karena setiap hari hanya makan, tidur dan duduk-duduk ngobrol dengan sesama pengugsi.

"Biasanya ngarit, mencari rumput untuk pakan ternak, tapi sekarang cuma makan, tidur dan duduk-duduk. Bosan juga," kata Ngatmi, salah seorang pengungsi asal Kalitengah yang ditemui Kabar Joglosemar di Barak Pengungsian Glagaharjo, Sabtu (19/12/2020).

Baca Juga: 4 Cara Mudah Memakai Hero Tank di Mobile Legends

Menurut Ngatmi, meski semua kebutuhan mereka sehari-hari seperti makan, minum dan tempat tidur terpenuhi dan enak-enak, namun mereka tetap merasa jenuh karena tidak ada akrivitas yang menghasilkan uang seperti di rumah mereka masing-masing.

"Biasanya kerja cari uang, tapi di sini cuma makan, minum dan duduk-duduk ngobrol," kata Ngatmi.

Dari pengamatan Kabar Joglosemar, Sabtu, para pengungsi yang rata-rata berusia 50 tahun ke atas hanya duduk-duduk santai di teras atau di kursi di depan barak pengungsian. Setelah bosan duduk, mereka masuk bilik untuk tidur.

Baca Juga: Doa Minta Turun Hujan, Lengkap dalam Arab, Latin, dan Arti Bahasa Indonesia

Sementara anak-anak bermain berkelompok di Posko Perlindungan Anak dan Perempuan di bawah bimbingan para relawan.

"Kami beri konseling dan permainan agar mereka tidak jenuh dan trauma," kata Nyadi.***

Editor: Ayusandra Adhitya Septi Andani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah