22 Juni 2021 Peringatan DKI Jakarta ke 494 tahun, Mengulik Peristiwa Sejarah Hari Lahir Kota Jakarta

22 Juni 2021, 10:56 WIB
Peringatan HUT Jakarta ke 494/ /instagram.com@jktshootandgram

KABAR JOGLOSEMAR- Hari ini, Selasa (22/6/21) diperingati sebagai hari ulang tahun kota Jakarta. Tahun ini DKI Jakarta memasuki usia 494 tahun. 

Di ulang tahunnya yang ke-494 ini, Ibu Kota Jakarta mengangkat tema "Jakarta Bangkit." Menurut Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Anies Baswedan, tema tersebut mengangkat pesan semangat, optimisme, serta harapan kebangkitan Jakarta yang lebih baik daripada masa sebelum Pandemi.

"Tahun lalu, kita dalam masa ujian dan tantangan yang relatif baru, karena baru kali ini kita berhadapan dengan wabah, jadi tahun kemarin kita ambil tema tangguh, kita tengok ke belakang bahwa tahun kemarin semua kegiatan landai baik ekonomi, sosial dan budaya, sehingga kalau diilustrasikan kurvanya menurun," terang Anies.

Baca Juga: Memprihatinkan, Ratusan Anak di DKI Jakarta Terpapar Covid-19

Peristiwa Sejarah Dibalik Hari Lahir DKI Jakarta

Lebih dari 400 tahun lalu, tahun 1527, pasukan Demak-Cirebon yang dipimpin oleh Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari Jakarta, yang saat itu masih bernama Sunda Kelapa.

Pasca kemenangan pasukan Fatahillah, nama Sunda Kelapa kemudian diganti menjadi Jayakarta.

Dikutip dari laman resmi Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, Jakarta.go.id kata "Jayakarta" diilhami dari Surat Al Fath ayat 1, tentang yang berbunyi "Sesungguhnya Kami telah memberi kemenangan padamu, kemenangan yang tegas."

Baca Juga: Lulu Tobing Gugat Cerai Suami, Pengadilan Agama Jakarta Pusat Beberkan Rencana Sidang Lanjutan

Kalimat "kemenangan yang tegas" itu kemudian dialih bahasakan menjadi Jayakarta. Sejak jatuh ke tangan Fatahillah, corak kehidupan masyarakat Jayakarta didominasi oleh kebudayaan Islam.

Sayangnya, peperangan antar kubu Islam dan penganut Hindu, Buddha, dan kepercayaan lokal terus berlangsung kala itu.

Pendapat lainnya, yang dicetuskan oleh Ridwan Saidi, tokoh sekaligus budayawan Betawi menyebutkan bahwa kata Jayakarta bukan dicetuskan oleh Fatahillah.

Baca Juga: Tak Tinggalkan Tugas, 2 Petugas Damkar Makan di Got di Jakarta Utara

"Nama Jayakarta sudah ada sejak lama. Ada desa di Karawang yang namanya Jayakerta yang merupakan wilayah budaya Betawi. Itu sudah ada sejak zaman Siliwangi," ujar Ridwan.

Pendapat yang sama turut tertuang dalam buku Profil Orang Betawi: Asal-Muasal, Kebudayaan, dan Adat-Istiadatnya yang meragukan klaim pencetusan nama Jayakarta untuk menggantikan Sunda Kelapa.

Menurut Ridwan, Jayakarta adalah tempat pengasingan salah satu istri Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja yang memimpin Kerajaan Sunda Galuh pada 1482-1521.

Baca Juga: Muncul Kerumuan Antrean BTS Meal, Polda Metro Jaya Bakal Panggil Pengelola McD di Jakarta

Di pengasingan itu, istri sang prabu kehilangan bayi laki-lakinya tak lama setelah dilahirkan. Sehingga, demi memperingati kematian sang bayi, istri Prabu Siliwangi menamakan wilayah tersebut sebagai Jayakerta yang artinya "kemenangan yang jaya."

Tahun 1619, pasukan kolonial masuk Jayakarta dibawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen. Dibawah kepemimpinan Belanda, pada 30 Mei 1619 nama Jayakarta diubah menjadi Batavia.

Setelah kekuasaan Belanda berakhir dan berganti dengan penjajahan Jepang pada 1942, nama Batavia dihanguskan dan diubah kembali menjadi Jakarta.

Baca Juga: Naik Bus dari Jakarta ke Jogja, Mahfud MD : Ingat Masa Muda

Hari ulang tahun Jakarta sendiri mulai ditetapkan oleh pemerintah pada 1953-1958 di bawah kepemimpinan Wali Kota Jakarta, Sudiro. Penetapannya dipertimbangkan dari naskah yang berjudul Dari Jayakarta ke Jakarta oleh Mohammad Yamin, Dr. Sukanto, dan Sudarjo Tjokrosiswoyo.***

 

 

Editor: Sunti Melati

Tags

Terkini

Terpopuler