Menkopolhukam Mahfud MD Ungkapkan Sejarah Lebaran di Indonesia

15 Mei 2021, 07:51 WIB
Mahfud MD ungkap sejarah Lebaran /Instagram.com/@mohmahfudmd
 

KABAR JOGLOSEMAR - Pada hari kedua Idul Fitri 2021 pada Jumat, 14 Mei 2021, diisi oleh masyarakat dengan acara halalbihalal. Hal yang sama dilakukan Menkopolhukam Mahfud MD.

Menkopolhukam Mahfud MD mengadakan acara halalbihalal secara virtual dengan sejumlah menteri, duta besar dan kepala lembaga. Pada kesempatan itu, Mahfud MD menceritakan awal mula sejarah Lebaran dan halalbihalal di Indonesia.

Menurut Mahfud MD, Lebaran dan halalbihalal berawal pada masa Syekh Makdum yang juga dikenal dengan nama Sunan Bonang. Mahfud MD mengatakan bahwa ketika itu, setiap kali Ramadan dan Idul Fitri, Sunan Bonang selalu mengumpulkan warga kampung dan para santri.

Baca Juga: Kasus Positif Harian Covid-19 di Indonesia Catat Rektor Terendah

Dalam pertemuan itu, Sunan Bonang menyampaikan bahwa bila seseorang berpuasa dengan baik, maka segala dosanya diampuni Allah. Dengan demikian, orang tersebut kembali bersih ata kembali fitri. 

Namun, menurut Mahfud MD, hanya untuk dosa yang melanggar peraturan-peraturan Allah yang menjadi hak Allah.

Sementara bila dosa sesama manusia tidak di-tabayyun, tidak saling minta maaf dan saling memberi maaf, maka dosanya tidak akan diampuni dan akan ditagih di akhirat kelak.

Baca Juga: Catatan untuk Pemudik, Sanksi Putar Balik Berlaku Sampai 24 Mei

Karena itu, menurut Menkopolhukam Mahfud MD, Mbah Makdum atau Sunan Bonang kemudian mengajak para santri setiap hari Lebaran agar membuat ketupat, yakni nasi yang dibungkus daun kelapa yang masih muda.

Sunan Bonang pun menjadikan ketupat sebagai simbol jatining nur (janur), yakni kondisi hati yang bersih karena sudah berpuasa. 

Menurut Mahfud MD, ketupat yang juga disebut kupat, dalam bahasa Jawa berrti ngaku lepat, mengaku salah, lalu meminta maaf.

Baca Juga: Tak Sengaja Tampilkan Foto Telanjang Saat Livestream, JayB GOT7 Minta Maaf  

"Kalau sudah punya hati yang bersih, jatining nur dan sudah ngaku lepat, maka kita akan mengalami apa yang dinamakan laku sing papat,” urai Menkopolhukam Mahfud MD.

Dikatakan, laku sing papat memiliki arti 4 keadaan, yakni lebar, lebur, luber dan labur. Lebar berarti Lebaran atau selesai berpuasa. Lebur artinya habis dosa, lebur dosanya, tak ada lagi dosa. Sementara luber bermakna memiliki pahala banyak karena banyak sedekah dan beramal.

Sedangkan labur, menurutMahfud MD, berarti bersinar mendapat cahaya dari Allah.

 “Itulah inti kenapa kita mengadakan Lebaran, mengadakan halalbihalal. Kalau saya punya salah pada saudara, siapa pun yang ada di sini, ada Kepala BIN, ada Kabareskrim, ada Menkominfo dan sebagainya, saya mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dalam pertemuan sekaligus kita saling memberi maaf agar kita masuk ke laku sing papat: lebar, lebur, luber, dan labur,” kata Menkpolhukam Mahfud MD dikutip Kabar Joglosemar dari laman kominfo.go.id pada Jumat 14 Mei 2021.

Baca Juga: BLT UMKM Tahap 3 Kembali Cair, Begini Syarat dan Cara Ceknya

Menurut Mahfud MD, tanpa itu, kita akan membawa dosa ke alam sana ketika kita kembali menghadap Allah. Karena itu, bila kita tidak saling minta maaf, maka hal itu akan dibawa ke akhirat dan akan ditagih, akan terjadi kompensasi pahala dan dosa.

"Yang pahalanya banyak jadi berkurang, yang dosanya sudah banyak ditambah dosa orang lain yang ditimpakan ke dia. Ini menurut hadis Nabi yang diriwayatkan Abu Hurairah,” kata Mahfud MD.

Dengan demikian, menurut MenkopolhukamMahfud MD, Lebaran merupakan budaya Islam di Indonesia, bukan ajaran Islam primer. Sebab, di Alquran maupun hadits Nabi, tidak ada perintah melakukan Lebaran dan halalbihalal.

“Tapi dalam Islam, ada ajaran bahwa jika sebuah adat istiadat dan budaya yang baik dikembangkan, maka dia berpahala, karena budaya ini dikembangkan dari dalil tentang silaturahim, dalil tentang saling memaafkan,” kata Mahfud MD.***

 
Editor: Sunti Melati

Sumber: Kominfo

Tags

Terkini

Terpopuler