Gorong-gorong, Salah Satu Kunci Keberhasilan Serangan Umum 1 Maret di Yogyakarta

1 Maret 2021, 11:04 WIB
Serangan Umum 1 Maret di Yogyakarta/ /tangkapan layar YouTube humas jogja

KABAR JOGLOSEMAR – Hari ini, rakyat Indonesia memperingati peristiwa bersejatah yang biasa disebut Serangan Umum 1 Maret.

Keberhasilan peristiwa tersebut di tahun 1949 ternyata disebabkan oleh hal yang sederhana, yakni gorong-gorong.

Bagi yang belum tahu, Serangan Umum 1 Maret adalah suatu upaya rakyat Indonesia untuk mempertahankan kedaulatan.

Baca Juga: Ini 3 Kesalahan Fatal Dalam Perhitungan Perjodohan Menurut Ramalan Primbon Jawa

Saat itu, TNI bergabung dengan rakyat sipil untuk menyerang Belanda yang telah menduduki Yogyakarta pasca Agresi Militer Belanda II.

Akhirnya, serangan umum tersebut berhasil dan Belanda dapat diusir. Hal ini tentunya disebabkan oleh strategi perang yang baik yang dilakukan oleh TNI.

Saat itu, TNI menggunakan strategi perang gerilya alias perang sembunyi-sembunyi. Banyak dari mereka yang memanfaatkan jalur-jalur rahasia seperti hutan atau gang tersembunyi.

Salah satu jalan rahasia yang ditempuh pasukan gerilya saat itu adalah gorong-gorong. Di Yogyakarta sendiri, mayoritas gorong-gorong berukuran besar dan berada di bawah jalan.

Gorong-gorong yang besar dan luas itu memungkinkan untuk dilalui manusia, bahkan bisa untuk berlari.

Baca Juga: Ikatan Cinta 1 Maret 2021: Rafael Beri Petunjuk, Angga Makin Yakin Elsa Terlibat Pembunuhan Roy

Serangan Umum 1 Maret itu dimulai pukul 06.00 pagi tepat ketika sirine pergantian jam malam dibunyikan.

Malamnya, para pasukan sudah mengepung titik-titik sentral di pusat kota melalui jalur gorong-gorong ini atas perintah langsung dari Sri Sultan HB IX yang kala itu merupakan raja Keraton Yogyakarta.

Berada di gorong-gorong bawah tanah, pasukan-pasukan tersebut disebar ke berbagai penjuru kota dan titik pusat seperti Malioboro, Stasiun Tugu, dan pabrik besi Watson yang kala itu digunakan Belanda untuk menyimpan persenjataan.

Mereka lalu keluar dari pintu besi ketika sudah berada di titik eksekusi dan bersembunyi di balik bangunan.

Karena strategi itulah Belanda tidak siap dan tidak menduga akan diserang karena tidak melihat pergerakan apa-apa. Belanda kewalahan dan meminta bantuan pasukan dari Magelang.

Namun, saat tank dan serangan udara dari Magelang itu tiba, pasukan gerilya sudah meninggalkan Yogyakarta.

Mereka hanya menguasai Yogyakarta selama enam jam demi membuktikan kepada dunia internasional bahwa Indonesia masih ada.

Baca Juga: Presiden Jokowi Melayat Mantan Hakim Agung, Artidjo Alkostar

Hingga kini, gorong-gorong tersebut masih ada dan dirawat oleh Dinas PU Kota Yogyakarta.***

Editor: Ayusandra Adhitya Septi Andani

Tags

Terkini

Terpopuler