Gempa Bumi hingga Banjir di Indonesia Sudah Diprediksi BMKG Sejak Oktober 2020

21 Januari 2021, 10:41 WIB
ilustrasi peristiwa gempa bumi /pixabay/Angelo_Giordano

KABAR JOGLOSEMAR - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebetulnya telah mengeluarkan informasi terkait potensi bencana alam bersamaan dengan prakiraan musim hujan sejak Oktober 2020 lalu.

Memasuki tahun 2021, sebagian masyarakat Indonesia merasakan bencana alam. Peristiwa bencana alam yang terjadi antara lain gempa bumi, banjir, hingga tanah longsor.

Peningkatan curah hujan sejak akhir tahun itu membuat sejumlah daerah mengalami bencana banjir serta tanah longsor. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melaporkan beberapa bencana banjir di daerahnya masing-masing.

Adapun bencana banjir yang melanda Indonesia pada awal tahun 2021 seperti di Sumedang, Bogor, Aceh Timur, Manado, Kalimantan Selatan dan daerah lainnya. Selain itu ada peningkatan potensi gempa di berbagai daerah.

"Sampai Maret masih ada potensi multirisiko, tapi untuk hidrometeorologi puncaknya pada Januari-Februari,” terang Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Jumat, 15 Januari 2021 sebagaimana dikutip KabarJoglosemar.com.

Baca Juga: Putri Sultan HB X Buka Suara Terkait Pencopotan 2 Pamannya dari Jabatan Strategis Keraton

Gempa bumi juga mengguncang sejumlah daerah di Indonesia. Terbaru gempa dengan kekuatan magnitudo 5,9 mengguncang Majene Provinsi Sulawesi Barat pada Kamis, 14 Januari 2021.

Selanjutnya, ada gempa susulan dengan kekuatan yang lebih besar, yakni Magnitudo 6,2 terjadi pada Jumat, 15 Januari 2021 dini hari pukul 01.28 WIB.

Guncangan yang lebih kuat ini mengakibatkan kerusakan yang lebih parah. Kedalaman gempa bumi hanya 10 kilometer dan terletak 6 kilometer arah timur laut Majene.

“Ini gempa dangkal yang tentunya karena magnitudonya sangat besar, guncangannya juga sangat dirasakan di permukaan," sambung Dwikorita.

Gempa dangkal ini terjadi karena aktivitas sesar Mamuju. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault). BMKG menyampaikan masih ada potensi gempa susulan yang kemungkinan cukup kuat.

Baca Juga: Fenomena Unik, Ada Salju di Gurun Sahara

BMKG pun telah memasang alat-alat untuk memonitor gempa-gempa susulan di Sulawesi Barat dan sekitarnya. Selain itu, BMKG juga mengingat ada kemungkinan potensi tsunami jika terjadi gempa susulan dengan kekuatan besar dan memicu longsor di bawah laut.

Hal ini mengingat adanya aktivitas pergerakan sesar naik Mamuju. Masyarakat diminta untuk menjauhi area pantai. Warga terdampak bencana gempa agar meninggalkan bangunan yang retak atau miring akibat gempa sebelumnya.

Peringatan ini mengantisipasi adanya potensi tsunami seperti di Palu pada 2018 lalu. Saat itu, tsunami langsung datang hanya berselang tiga menit setelah gempa.

BMKG juga memberitahukan kalau episenter gempa Majene di Sulawesi Barat yang terjadi pada 14-15 Januari 2021 berdekatan dengan sumber gempa yang memicu tsunami pada 23 Februari 1969. Saat itu terjadi gempa bumi berkekuatan 6,9 pada kedalaman hanya 13 kilometer.

Baca Juga: Puting Beliung di Waduk Gajah Mungkur Karena Peralihan Musim, Ini Penjelasan BMKG

"Sebelumnya pernah terjadi gempa pada 1969 yang menimbulkan tsunami empat meter. Saat itu gempa menyebabkan 64 orang meninggal, 97 luka-luka dan 1.287 rumah serta masjid rusak," ungkap Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Bambang Setiyo Prayitno dikutip KabarJoglosemar.com.

Demikian pula Koordinator Bidang Gempa bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengungkapkan jika gempa di Majene Sulbar adalah perulangan gempa pada tahun 1969. Hal ini karena sumber gempa yang sama di bawah laut, yakni Sesar Naik Mamuju (Mamuju Thrust). ***

Editor: Galih Wijaya

Sumber: BMKG

Tags

Terkini

Terpopuler