15 Quotes Bijak Pramoedya Ananta Toer dalam Novel Bukan Pasar Malam

- 15 September 2020, 14:33 WIB
PRAMOEDYA Ananta Toer/DOK. PR
PRAMOEDYA Ananta Toer/DOK. PR /

KABAR JOGLOSEMAR - Pramoedya Ananta Toer dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai sastrawan terbaik. Lewat karyanya yang fenomenal yakni Tetralogi Pulau Baru, ia menghasilkan empat novel salah satunya Bukan Pasar Malam yang membahas tentang arti sebuah kehidupan.

Dari novel ini Pram memberikan pelajaran kepada pembaca akan arti sebuah kehidupan. Dalam buku ini Pram menceritakan secara singkat pengalaman hidup seorang perwira pasca revolusi tahun 1945.

Novel ini memunculkan banyak kata yang dapat dipetik untuk sebuah pembelajaran hidup. Berikut 15 kata-kata dari Pram dalam novel Bukan Pasar Malam.

Baca Juga: Ade Firman Hakim Dikabarkan Meninggal karena COVID-19, Kiky Saputri Buka Suara

1. “Mengobrol adalah suatu pekerjaan yang tak membosankan, menyenangkan, dan  biasanya panjang-panjang.” 

2. “Ya, anakku, selama hidupku yang limapuluh enam tahun ini tahulah aku, bahwa usaha dan iktiar manusia itu sangat terbatas. Aku sendiri tak membiarkan adikmu sakit bila saja aku berkuasa atas nasib manusia.”

3. “Bukankah hidup manusia ini tiap hari dicangkul, diendapkan, dan diseret juga seperti gundukan tanah merah itu?”

Baca Juga: Waduh, Pencairan BLT Rp 600 Ribu untuk Pekerja Tahap 3 Ditunda Lagi

4. “Kadang-kadang manusia ini tak kuasa melawan kenang-kenangannya sendiri. Dan tersenyum aku oleh keinsyafan itu. Ya, kadang-kadang tak sadar manusia terlampau kuat dan menenggelamkan kesadarannya. Aku tersenyum lagi”

5. “Demokrasi sungguh suatu sistem yang indah. Engkau boleh memilih pekerjaan yang engkau sukai. Engkau mempunyai hak sama dengan orang-orang lainnya. Dan demokrasi itu membuat aku tak perlu menyembahdan menundukkan kepala pada presiden atau menteri atau paduka-paduka lainnya. Sungguh, ini pun suatu kemenangan demokrasi. Dan engkau boleh berbuat sekehendak hatimu bila saja masih berada dalam lingkungan batas hukum. Tapi kalau engkau tak punya uang, engkau akan lumpuh tak bisa bergerak. Di negara demokrasi engkau boleh membeli barang apapun yang engkau sukai. Tapi kalau engkau tak punya uang engkau hanya boleh menonton barang yang engkau inginkan itu. Ini juga semacam kemenangan demokrasi.”

6. “Bahwa orang yang punya itu banyak menimbulkan kesusahan pada yang tak punya. Dan mereka tak merasai ini.”

Baca Juga: Penggemar Heboh Usai CL eks Member 2NE1 Rilis Track Post Up

7. “Aku mengeluh. Hatiku tersayat. Aku memang perasa. Dan keluargaku pun terdiri dari makhluk-makhluk perasa.”

8. “Dan dengan langkah berat pergilah aku meninggalkan rumahsakit itu; rumah tempat orang yang tak bebas mempergunakan tubuh dan hidupnya sendiri.”

9. “Karena itu, Ann, kau harus kuat. Kalau tidak, orang akan sangat mudah jadi permainan, dan terus dipermainkan oleh orang-orang semacam dia itu.”

10. “Kudekati ranjang ayahku, kuraba kakinya yang kering. Hatiku tersayat. Bukankah kaki itu dulu seperti kakiku juga dan pernah mengembara ke mana-mana? Dan kini kaki itu terkapar di atas kasur ranjang rumahsakit. Bukan kemauannya. Ya, bukan kemauannya. Rupa-rupanya manusia ini tak selamanya bebas mempergunakan tubuh dan hidupnya. Dan kelak begitu juga halnya dengan kakiku.”

Baca Juga: EXO SC Raih Penghargaan dari Gaon Chart

11. “Sekarang, kepalaku membayangkan kuburan, tempat manusia yang terakhir. Tapi kadang-kadang manusia tak mendapat tempat dalam kandungan bumi. Ya, kadang-kadang. Pelaut, prajurit di zaman perang, sering mereka tak mendapat tempat tinggal terakhir. Dalam kepalaku membayangkan, kalau ayah yang tak mendapatkan tempat itu.”

12. “Kala itu kemiskinan selalu melayang-layang di angkasa dan menyambari kepalaku.”

13. “Hidup ini Anakku, hidup ini tak ada harganya sama sekali. Tunggulah saatnya, dan kelak engkau akan berpikir, bahwa sia-sia saja Tuhan menciptakan manusia di dunia ini.”

14. “Di dunia ini tak ada sesuatu kegirangan yang lebih besar daripada kegirangan seorang bapak yang mendapatkan anaknya kembali.”

Baca Juga: BLT Rp 600 Ribu Bagi Pekerja Ditransfer Hari Ini, Segera Cek Rekening Anda

15. “Ya, alangkah indah masa kecil yang lalu. Dan kini aku menembangkan keindahan dalam kenang-kenangan.”(mln8)***

Editor: Sunti Melati

Sumber: Goodreads


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x