CERPEN: Perpisahan Bukan Akhir dari Segalanya

15 Oktober 2020, 15:30 WIB
Ilustrasi sahabat muslim /qantara.de

KABAR JOGLOSEMAR - Tak terasa kini Khumairoh sudah menduduki bangku SMP kelas 3. Rasanya baru kemarin ia masuk pondok dan masuk ke sekolahnya. Akan tetapi kini perpisahan sudah dekat. Teman-teman Khumairoh pun juga merasakan hal yang sama.

“Mai... “ panggilan dari teman-teman Khumairoh.

“Kenapa..? “ jawab Khumairoh.

“Kamu kalau lulus dari sini kamu mau ke mana?“ tanya Zahra kepada Khumairoh atau yang akrab disapa Mai.

“Em.. Kurang tahu, kalau kamu mau ke mana?“ Tanya Khumairoh kepada Zahra.

“Em.. Kayaknya aku keluar dari pondok, soalnya aku ingin melanjutkan sekolah di luar pondok,“ jawab Zahra seadanya karena memang benar Zahra ingin sekali sekolah tanpa mondok.

"Oh... Ya sudahlah kalau itu mau kamu aku tidak bisa melarangnya, karena itu adalah hak kamu sendiri mau sekolah di luar atau masih di pondok.“ ucap Khumairoh di angguki oleh Zahra.

Baca Juga: CERPEN: Kekuatan Salat Istikharah

Khumairoh sudah mengetahui betul sifat Zahra, begitu pula sebaliknya karena mereka berdua bersahabat sejak kecil.

ingga akhirnya perpisahan pun tinggal 3 hari, tak terasa waktu berputar dengan cepat. Hari-hari mereka lalui bersama, diisi dengan kesenangan mereka sendiri-sendiri. 

“Khumairoh.. Mai... “ teriak seorang kakak kelas menuju kamar Khumairoh.

“Lihat Khumairoh tidak?“ tanya Lathifah kepada Zahra.

“Itu mbak ada di dalam kamar.“jawab Zahra.

“Ya sudah aku masuk tidak apa-apa?“ tanya Lathifah kepada Zahra.

“Tidak apa-apa mbak masuk saja di dalam ada Khumairoh dan Layla kok.“ jawab Zahra dan di angguki oleh Latifah. 

Setelah Latifah masuk ke kamar Khumairoh. Ia kemudian berbicara tentang apa tujuan ia memanggilnya. “Ya sudah mbak aku ke sana dulu,“ ucap Khumairoh kepada kakak kelasnya dan temannya dan di angguki oleh ke duanya.

Kemudian Khumairoh pun berjalan menyusuri panjangnya koridor pondoknya, setelah sampai disalah satu ruangan Khumairoh pun berhenti sejenak dan menarik nafasnya dalam-dalam.

“Tok... Tok.. Tok... “ Khumairoh mengetuk pintu tersebut sambil mengucapkan salam kemudian, muncullah seorang wanita paruh baya, yang merupakan pengasuh pondok yang terkenal sangat tegas “sini masuk Mai.! “ajak ustazahnya kemudian Khumairoh pun hanya mengangguk dan mengikuti ustazahnya dari belakang. 

Baca Juga: CERPEN: Tuyul Berjalan

Setelah mereka duduk di atas karpet yang sangat halus, “langsung saja ya Mai, kamu saya suruh ke sini itu untuk menanyakan apakah kamu mau melanjutkan di pondok pesantren yang telah kami pilihkan? Karena kami pihak pondok sangat menginginkan kamu bisa menjadi jauh lebih baik dari ini, bukan tandanya kamu belum baik, akan tetapi malah kamu yang bisa kami percaya untuk saat ini," ucap ustazahnya.

“Em.. Saya boleh minta waktu untuk menjawabnya ustazah dan saya mau minta izin dulu ke orang tua saya. “ucap Khumairoh kepada ustazahnya. “Ya tentu kamu boleh memikirkan itu akan tetapi kalau izin ke orang tuamu kami dari pihak pondok sudah mengizinkannya dan mereka tergantung kamu ya Mai. “ucap ustazahnya dan di angguki oleh Khumairah. 

“Oh ya satu lagi Mai, kamu bisa memberi jawabanmu paling lambat jam setengah sembilan malam ya, soalnya kamu lusa sudah harus berangkat ke pondok yang baru untuk melakukan ujian di sana.“ ucap ustazahnya yang diangguki oleh Khumairoh. Kemudian Khumairoh pun pamit untuk kembali ke kamarnya. 

Setelah sampai di kamar, Khumairoh pun menjatuhkan air matanya, yang sedari tadi ia tahan. Air Matanya tumpah membasahi pipi Khumairoh. Untungnya Khumairoh Cuma sendiri di kamar entah teman-temannya ada di mana.

Hingga akhirnya Khumairoh pun sudah terbawa ke alam mimpinya, mungkin karena efek ia menangis. 

Saat ini Khumairoh berada di rumah ustazahnya, ia akan menjawabnya dan alhasil ustazahnya pun senang mendengar jawaban dari Khumairah yang mau mengikuti saran dari pondoknya saat ini.

”Terima kasih Mai, kamu selalu bisa membuat guru-gurumu bangga kepadamu.“ Ucap ustazahnya sambil mengelus pundak Khumairah dengan amat lembut.

“Iya ustazah, jika saya bisa melakukannya kenapa tidak.“ ucap Khumairah kepada sang ustazah.

Saat ini semua teman-teman Khumairoh sudah mengetahui semuanya, jika Khumairoh besok akan berangkat ke pondok yang barunya. Saat Khumairoh berada dikamar bersama ke tiga sahabatnya ia memberikan sebuah kotak ke mereka bertiga.

“Ini ya buat kalian, maaf aku tidak bisa menjadi sahabat yang baik buat kalian, aku hanya bisa menyusahkan kalian,“ucap Khumairoh yang langsung. Temannya menggeleng.

Baca Juga: CERPEN: Melepaskanmu dengan Bismillah

“Tidak Mai, kamu adalah sahabat terbaik kami kamu harus bisa Mai untuk menjalankan ini semua, kami percaya dan yakin sama kamu. Kita kan sahabat yang tak kan pernah terpisahkan batin kita walau jarak yang menghalangi kita,“ Ucap Salsa salah satu sahabat Khumairoh yang sangat bawel dan sangat periang dan di angguki oleh Khumairah.

“Kita adalah sahabat.. “ucap mereka berempat dengan serempak. 

Kemudian mereka pun menghabiskan waktu bersamanya dengan sebaik-baiknya. Walaupun malam ini Khumairoh tidak tidur di pondok melainkan ia diizinkan untuk menginap di rumahnya untuk yang terakhir kalinya, karena di pondok yang baru hanya ada perjuangan tiga tahun sekali. 

“Mai, kita belum benar-benar berpisah. Kita masih ada kesempatan untuk menjadi sahabat, kita tidak berakhir begitu saja, kita sudah seperti saudara... “ucap Zahra kepada Khumairoh, Salsa dan Tirta.

“Iya Mai, kita pasti akan merindukanmu, sosok seorang yang selalu rajin, pandai dan selalu memiliki pemikiran yang sangat dewasa saat mengambil keputusan. Kamu adalah sahabatku yang terbaik Mai,“ ucap Tirta yang diangguki oleh mereka bertiga. 

Kemudian hari ini adalah hari yang sangat menyesakkan bagi sahabat-sahabat Khumairah, karena di antara ke empat sahabat itu kini telah pergi untuk melanjutkan belajarnya lebih dahulu, yaitu Khumairah Tunnisa.

Baca Juga: CERPEN: Tanamkanlah Selalu Sifat Ikhlas

“Mai, jangan lupakan kita ya, kita selalu menunggu kabar baikmu, semoga yang menjadi impianmu bisa terwujud kan,“ teriak Zahra saat melihat sahabatnya sudah hampir masuk ke dalam mobil yang akan mengantarkannya dan diangguki oleh Khumairoh sambil mengacungkan ibu jarinya ke arah Zahra.

Kemudian Tirta pun berlari menghampiri Khumairoh yang disusul oleh Salsa dan Zahra, secara spontan pun Khumairoh langsung saja dipeluk oleh mereka bertiga, menjadikan suasana yang harus pun menghampirinya.

Setelah beberapa menit mereka saling menasihati satu sama lain kini Khumairoh sudah pergi meninggalkan pekarangan pondoknya.  

Gumam Khumairoh saat memasuki pekarangan pondoknya yang baru. "Perpisahan bukan akhir dari segalanya, kita masih bisa bertemu untuk kemudian hari. Jangan kalian lupakan aku yang sedang berada di sini, berjuang demi semua orang yang telah menyayangi aku." *** (Eva Sriatun)

Editor: Galih Wijaya

Tags

Terkini

Terpopuler