Inilah 11 Busana Adat Kraton Yogyakarta, 8 Diantaranya Sudah Tidak Dikenakan Lagi

- 18 Maret 2021, 16:23 WIB
11 busana adat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang diperagakan oleh ibu-ibu dari komunitas PBIY.
11 busana adat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang diperagakan oleh ibu-ibu dari komunitas PBIY. /Kiriman Ibu. Larastiti Melati, perias pengantin senior.

 

KABAR JOGLOSEMAR -- Busana adat Jawa yang hanya berpusat di daerah Jawa Tengah dan DIY tentu banyak sekali jenis dan ragamnya. Sementara hanya bersumber saja dari Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat ada puluhan busana adat.

Selain mempunyai makna filosofi tertentu, busana adat Jawa juga terbagi dalam fungsi kegunaan dalam giat juga kepangkatan atau derajat seseorang.

Inilah 11 jenis busana adat dari Kraton Ngayogyakarta Hadingrat, koleksi dari Kalithi Wedding & Art Organizer  yang sempat diperagakan oleh ibu-ibu dari komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia Yogyakarta (PBIY) beberapa waktu lalu di sebuah mal, di Yogyakarta.

Baca Juga: Arya Saloka Pemeran Aldebaran di Ikatan Cinta Beneran Ketiduran Saat Pengambilan Gambar, Kecapean?

Baca Juga: Gambar BTS ‘Garbage Pail Kids’, Topps Company Dikecam Netizen

“Dari 11 jenis busana adat itu, hanya 3 busana yang masih lazim diagem (pakai) di dalam keraton. Yaitu, busana Cara Putri Rasukan Cekak, busana Cara Putri Rasukan Panjang dan busana Kampuhan Keparak,” jelas Pimpinan Kalithi Wedding & Art Organizer RAy. Kuswantyasningrum, kepada Kabar Joglosemar, Rabu (17/3/2021).

Menurut RAy. Kuswantyasningrum yang juga dikenal dengan nama paring dalem Nyi Raden Wedono Retno Adiningtyas, berbusana adat dengan busana kebaya tradisional jangan sampai dirusak dengan kepingin kekinian. Kalau kepingin kekinian silakan memakai kebaya bentuk modifikasi.

“Kemudian kalau sudah berbusana tradisional sesuai pakem (aturan), maka cara duduknya pun juga harus diatur sedemikian rupa dengan menata kain lebih terdahulu dan sikap kaki pun diatur,” ungkap abdi dalem Kraton Yogyakarta yang bertugas di Kawedanan Hageng Punokawan (KHP) Purwobudoyo.

Baca Juga: Kabar Baik! Kemenkop UKM Lanjutkan BLT UMKM 2021, Simak Syarat dan Ketentuannya

Baca Juga: Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 15 Dibuka, Simak Syarat dan Cara Mendaftar Kartu Prakerja Gelomban

Berikut 11 busana adat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, dari busana yang masih sering dikenakan hingga kini, busana Cara Putri Rasukan Cekak (Pendek), busana ini dipakai oleh putri dalem (putri raja) yang sudah menikah.

Busana Cara Putri Rasukan Panjang
Busana Cara Putri Rasukan Panjang Kiriman Ibu. Larastiti Melati, perias pengantin senior.

Busana ini dikenakan pada saat upacara ageng (besar) baik di dalam maupun di luar kraton. Biasanya berpasangan dengan Kasatrian Ageng.

Busana Cara Putri Rasukan Panjang, busana ini dipakai oleh putri dalem yang sudah menikah. Busana ini dikenakan pada saat upacara ageng baik di dalam maupun di luar kraton. Berpasangan dengan busana Malam Selikuran.

Dan busana Kampuhan Keparak, busana yang dikenakan oleh Lurah Abdi Dalem Keparak yang dilengkapi Samir semacam sal di leher saat bertugas di dalam kraton.

Busana Cara Putri Rasukan Cekak (Pendek)
Busana Cara Putri Rasukan Cekak (Pendek) Kiriman Ibu. Larastiti Melati, perias pengantin senior. 3)

Baca Juga: Selain BTS, Ini 10 Artis Korea yang Alami Diskriminasi dan Diperlakukan Rasis

Sementara 8 busana adat lainnya yang sudah jarang atau bahkan tidak dikenakan lagi adalah, busana Semekan Sindur, dikenakan oleh putri dalem yang sudah menikah dan dikenakan pada saat menghadiri upacara Daup Pengantin (Akhad Nikah) di dalam kraton, busana ini dikenakan pada era HB VII/ HB VIII.

Busana Semekan Dringin, busana dikenakan oleh putri dalem pada saat Malam Midodareni. Busana Semekan Sutra Bleg Blegan (Sutera Penuh), dikenakan oleh putri dalem yang sudah menikah dan dipakai pada saat parakan (upacara) Tinggalan Dalem (Ulang Tahun Raja) atau untuk upacara Tuguran.

Busana Kampuhan Keparak yang dikenakan oleh Lurah Abdidalem Keparak   
Busana Kampuhan Keparak yang dikenakan oleh Lurah Abdidalem Keparak   Kiriman Ibu. Larastiti Melati, perias pengantin senior.

Sementara, busana Semekan Batik Tengahan Sutra, dikenakan oleh putri dalem yang sudah menikah biasanya untuk upacara malam hari atau dikenakan oleh orang tua/ orang yang dirinya sudah merasa tua. Kemudian busana Kampuhan Penganthi, busana ini dikenakan oleh putri dalem atau menantu dalem pada saat bertugas sebagai pendamping pengantin di dalam kraton.

Baca Juga: Aldebaran dan Andin Gagal Dapatkan Bukti, Elsa Bikin Alasan Lagi. Ini Bocoran Ikatan Cinta 18 Maret 2021

Baca Juga: Kenapa Centro di Ambarrukmo Plaza Ditutup? Ini Jawabannya

Busana Pesiar, dikenakan oleh putri dalem yang sudah menikah pada saat berpergian, plesir ke luar negeri, tamasaya, pacuan kuda, dan sebagainya. Busana Agustusan, busana yang dikenakan oleh putri dalem yang sudah menikah, dikenakan saat menghadiri upacara di gubernuran (kantor gubernur Belanda) untuk merayakan ulang tahun Ratu Belanda Wihilmena, setiap tanggal 31 Agustus. Dan berikutnya adalah busana Kampuhan Kromo dikenakan oleh putri dalem yang sudah menikah pada saat mengahadiri Grebeg dan Ngabekten.***

 

 

 

 

 

Editor: Sunti Melati


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x