Berikut 11 busana adat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, dari busana yang masih sering dikenakan hingga kini, busana Cara Putri Rasukan Cekak (Pendek), busana ini dipakai oleh putri dalem (putri raja) yang sudah menikah.
Busana ini dikenakan pada saat upacara ageng (besar) baik di dalam maupun di luar kraton. Biasanya berpasangan dengan Kasatrian Ageng.
Busana Cara Putri Rasukan Panjang, busana ini dipakai oleh putri dalem yang sudah menikah. Busana ini dikenakan pada saat upacara ageng baik di dalam maupun di luar kraton. Berpasangan dengan busana Malam Selikuran.
Dan busana Kampuhan Keparak, busana yang dikenakan oleh Lurah Abdi Dalem Keparak yang dilengkapi Samir semacam sal di leher saat bertugas di dalam kraton.
Baca Juga: Selain BTS, Ini 10 Artis Korea yang Alami Diskriminasi dan Diperlakukan Rasis
Sementara 8 busana adat lainnya yang sudah jarang atau bahkan tidak dikenakan lagi adalah, busana Semekan Sindur, dikenakan oleh putri dalem yang sudah menikah dan dikenakan pada saat menghadiri upacara Daup Pengantin (Akhad Nikah) di dalam kraton, busana ini dikenakan pada era HB VII/ HB VIII.
Busana Semekan Dringin, busana dikenakan oleh putri dalem pada saat Malam Midodareni. Busana Semekan Sutra Bleg Blegan (Sutera Penuh), dikenakan oleh putri dalem yang sudah menikah dan dipakai pada saat parakan (upacara) Tinggalan Dalem (Ulang Tahun Raja) atau untuk upacara Tuguran.