Hal ini didasarkan adanya sengkalan tahun terpahat pada gapura teras VII dengan sengkalan yang berbunyi “goh wiku hanahtiku” (1397 Saka/ 1475 Masehi).
Baca Juga: 4 Makanan Khas Magelang yang Cocok untuk Dijadikan Oleh-Oleh
Sebagaimana dipaparkan Balai Cagar Budaya Jawa Tengah dalam papan informasi di halaman candi, informasi dan data tentang keberadaan Candi Ceto cukup lengkap, antara lain potret candi saat pemugaran pertama kali Tahun 1928.
Penjelasan keunikan Candi Ceto yang terlihatan dari bentuk seni bangunan yang berteras seperti punden berundak.
Juga bentuk arca-arcanya masih sangat sederhana dan belum menunjukkan bentuk kedewaan. Candi ini hingga kini masih dipergunakan oleh masyarakat Hindu guna melaksanakan kegiatan keagamaan.
“Saya baru pertama ini wisata ke Candi Ceto. Suasana, tempat, kesejukan udara dan berkabut seperti pemandangan pura-pura besar yang ada di Pulau Dewata, Bali,” ungkap Nita Yudanti wisatawan dari Yogyakarta, saat disapa oleh KABAR JOGLOSEMAR, Sabtu (5/12/2020), di Candi Ceto.
Keberadaan Candi Ceto masih ada hubungan sejarah dengan berdirinya Candi Sukuh, letak masih sama di kawasan lereng Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Baca Juga: Cocok untuk OOTD, Ini 7 Cafe Instagrammable di Jogja
Berdasar prasasti yang ditemukan, Candi Ceto digunakan untuk ruwatan atau pembebasan, dikaitkan dengan cerita Sudamala yang terdapat pada relief di Candi Sukuh.