3 Makanan Jadul Khas Yogyakarta yang Bermakna Janda, Berikut Faktanya

2 Oktober 2021, 15:06 WIB
Sajian rondo kemul dan minuman saridele tape, khasnya Angkringan Pak Djo /Kiriman Nining Bagus /Kabar Joglosemar/Kiriman Nining Bagus

 

KABAR JOGLOSEMAR -- Tanpa bermaksud nyinyir maupun membuli status seorang wanita single parent, kata ‘Janda’ akhir-akhir ini kembali mencuat dan viral sebab adanya sebuah partai politik mengusung isu agar para kadernya bersedia untuk menikahi seorang janda meski harus berpoligami.

Sebelumnya kata janda atau rondo dalam bahasa Jawa viral, dengan munculnya sebuah nama jenis tanaman yakni Janda Bolong (Andason’s Monstera), selain keindahan daunnya konon tanaman ini bermanfaat untuk kesehatan dan penghilang stress.

Ternyata dalam dunia kuliner, kearifan lokal Yogyakarta jaman dulu ada beberapa jenis panganan yang memakai nama rondo (janda) yaitu, rondo royalrondo sisik, dan rondo kemul. Kedua jenis panganan itu kini pun masih dapat dijumpai di pasar tradisional.

Baca Juga: Update! Jadwal Misa Live Streaming Gereja Katolik pada Sabtu-Minggu Tanggal 2-3 Oktober 2021

Rondo royal merupakan sebutan panganan berbahan utama dari tape singkong, yang dihaluskan kemudian dibikin bulat-bulatan yang didalamnya diisi dengan gula merah dan dilapisi adonan dari terigu lantas digoreng. Khalayak umum kekinian sering menyebutnya tape goreng.

Panganan rondo sisik lebih mirip bakpao panganan tradisional Cina, hanya bentuknya panjang dengan alas daun pisang, isinya kacang gula merah yang dihaluskan.

Rondo sisik disajikan dalam bentuk irisan miring atau bentuk jajaran genjang serta dalam dua warna, putih dan jambon.

Baca Juga: Akhirnya Irvan Bertemu Surya, Teror di Rumah Al Makin Meresahkan. Ini Trailer Ikatan Cinta 2 Oktober 2021

Sementara, panganan rondo kemul adalah perpaduan jadah seperti halnya jadah tempa Kaliurang, dalamnya diisi jenang dodol kemudian dibakar.

Berdasar pengamatan Kabar Joglosemar, panganan jadul yang satu ini hanya dijual di Angkringan Pak Djo, wilayah Njeron Beteng Kraton Yogyakarta, tepatnya Jalan Gamelan, Panembahan, Kraton, Yogyakarta.

Bagi yang pernah bertempat tinggal di wilayah tersebut tentu masih ingat satu-satunya angkringan legendaris Pak Mo (Atmo) pada tahun 1970an, kemudian digantikan oleh putranya Pardjo sekitar tahun 1980an lantas lebih dikenal dengan angkringan Pak Djo. Karena Pak Pardjo telah menua dan tinggal sendirian, oleh putra-putranya diboyong ke Serpong, Jawa Barat.

Baca Juga: Trailer Ikatan Cinta 2 Oktober 2021: Irvan Kehilangan Jejak Surya, Aldebaran Berhasil Buat Andin Baper

Kekinian angkringan Pak Djo dilestarikan oleh pasangan Bagus dan Nining warga setempat, sejak tahun 2014, dengan pernak pernik sajian panganan yang masih sama, bahkan awal buka pasangan suami istri ini pun harus belajar pada Pak Pardjo dari cara memasak panganan, memasang gerobak dan tenda angkring hingga melayani pembeli.***

 

Editor: Sunti Melati

Tags

Terkini

Terpopuler