80 Persen Peserta Didik Tidak Senang dengan PJJ

- 21 April 2021, 09:34 WIB
ILUSTRASI program sekolah. Kemendikbud akan meneruskan program organisasi penggerak (POP).
ILUSTRASI program sekolah. Kemendikbud akan meneruskan program organisasi penggerak (POP). /Pixabay/steveriot1

Baca Juga: Paul Zhang Sudah di Luar Negeri, Kominfo: Tetap Bisa Dijerat UU ITE

Pandemi juga harus menjadi titik balik perubahan paradigma dan perilaku pendidikan. Dan pandemi Covid-19 bukan sekadar mengubah metode belajar dari pembelajaran luring ke daring atau PJJ, tapi menjadi titik balik bagaimana melakukan reorientasi paradigma di bidang pendidikan dan perilaku atau budaya-budaya lama.

Perubahan paradigma tersebut, menurut Nur Rizal, perlu terwujud bukan hanya karena desakan pandemi Covid-19 tapi dunia pendidikan di Tanah Air perlu mengantisipasi era VUCA atau era yang sangat tidak menentu dan perubahannya terjadi begitu cepat.

Dikatakan, perubahan paradigma tak hanya menyasar sekolah tapi juga pemerintah. Dengan demikian, bila perubahan paradigma terwujud di semua lini stakeholder pendidikan maka mereka akan mengerti bahwa tujuan utama pendidikan adalah memberikan dampak intelektual dan spiritual pada siswa.

"Fungsi pemerintah harus memastikan bahwa siswa mendapatkan pembelajaran yang lebih konstektual, relevan dan membumi dengan persoalan-persoalan nyata," kata Nur Rizal.

Dengan demikian, bila perubahan dimaknai secara holistik maka dunia pendidikan yang dikelola secara penuh oleh para stakeholder pendidikan bisa memberikan ruang membangun pada siswa.

Baca Juga: Makin Panas, Big Six Liga Inggris Umumkan Keluar, European Super League Terancam Ambyar?

Sehingga siswa bisa menemukan versi terbaik dalam proses belajar mengajar, seperti proses belajar yang menekankan pendidikan pada pengembangan talenta, minat, bakat yang berbeda agar bisa tumbuh dengan kualitas yang sama.***

Halaman:

Editor: Ayusandra Adhitya Septi Andani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x