Omzet Penjualan Cuma 20 Persen, Pedagang Malioboro Mengadu ke Sultan HB X

- 10 November 2020, 18:58 WIB
Suasana Kawasan Malioboro yang jadi Pedestrian.
Suasana Kawasan Malioboro yang jadi Pedestrian. /KabarJoglosemar.com/Philipus Jehamun

KABAR JOGLOSEMAR - Sudah jatuh tertimpa tangga. Sudah sepi akibat pandemi virus Corona, tambah sepi lagi dengan adanya uji coba semi pedestrian.

Itulah yang dialami para pedagang Malioboro-Ahmad Yani yang tergabung dalam Perkumpulan Pengusaha Malioboro-Ahmad Yani (PPMAY).

Baca Juga: Berkaca dari Bencana Gunung Merapi 2010, Sultan HB X Minta Tak Ada Diskriminasi di Barak

Akibat uji coba semi pedestrian dengan melarang kendaraan bermotor masuk Malioboro-Ahmad Yani sejak 3 November 2020 itu, para pengusaha mengaku omset penjualan mereka hanya mencapai 20 persen per hari atau turun 80 persen.

Karena itu, pada Selasa (10/11/2020) siang, para pengusaha yang tergabung dalam PPMAY mengadu ke Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X. Mereka meminta uji coba itu segera dihentikan karena sangat merugikan para pengusaha.

"Sejak uji coba dilakukan 3 November 2020, omset para pedagang turun drastis. Rata-rata omset pedagang hanya 20 persen per hari," kata Karyanto Yudomulyono, Koordinator PPMAY, seperti dikutip Kabar Joglosemar.com dari koran tribun, Selasa (10/11/2020).

Menurut Karyanto, para pedagang menginginkan agar kebijakan semipedestrian itu dapat mengakomodir kepentingan semua pihak, termasuk pedagang.

Baca Juga: Ternyata Member BTS Punya Kebiasaan Unik saat Tidur, Dengkuran RM hingga Kaos Jungkook

Saat hendak mengadu kepada Gubernur DIY, para pedagang hanya diterima oleh Kepala Sat Pol PP DIY Noviar Rahmad.

Sebab, pada saat yang sama Gubernur DIY maupun Sekda DIY sedang mengunjungi para pengungsi di barak pengungsian di Sleman.

Sementara Ringo, warga Baciro asal Medan, Sumatera Utara yang ditemui Kabar Joglosemar.com di Malioboro, Selasa (10/11/2020), mengaku, mendukung kebijakan Malioboro tanpa kendaraan bermotor. Hal ini seperti suasana yang pernah dia alami dan rasakan pada tahun 1970-an.

Ketika itu, Malioboro hanya dilalui becak, andong, sepeda dan pejalan kaki. Sehingga suasananya aman dan nyaman, udaranya segar bebas polusi. Dan Ringo ingin suasana seperti itu juga bisa dialami sekarang.

Baca Juga: Tak Perlu Gas Elpiji, Warga Sleman Ini Pakai Kotoran Sapi untuk Penerangan dan Gas

"Kalau bisa seterusnya Malioboro bebas dari kendaraan bermotor, termasuk bentor. Pokoknya semua kendaraan yang pake mesin dilarang lewat Maliobiro agar wisatawan dan pengunjung aman dan nyaman menikmati suasana Malioboro," kata Ringo yang mengaku berjalan kaki dari Baciro ke Malioboro.

Hal yang sama juga disampaikan Tri Prayitno, salah satu kusir andong yang mengkal di sisi Barat Jalan Malioboro.

Kepada Kabar Joglosemar.com, Selasa (10/11/2020), pria asal Bantul ini mengatakan bahwa Malioboro memang harus bebas dari kendaraan bermotor.

Hal ini dimaksudkan agar udara Malioboro bersih, aman dan nyaman bagi wisatawan dan pejalan kaki.

"Saya sangat mendukung Malioboro bebas dari kendaraan bermotor. Bukan karena agar andong laku dapat penumpang. Wong ada atau tidak ada kendaraan bermotor lewat di Malioboro andong tetap dapat penumpang. Karena andong sudah punya segmen pasar tersendiri," kata Tri Prayitno yang mengaku sudah lama menjadi kusir andong.

Menurut Tri Prayitno, ada atau tidak ada uji coba bebas kendaraan bermotor di Malioboro, tidak berpengaruh pada penumpang yang menggunakan jasa andong.

"Biasa saja, gak naik juga gak turun. Penumpang tetap sama," kata Tri Prayitno yang mengaku ada 450 andong di DIY dan boleh beroperasi di Malioboro.

Baca Juga: Kunjungi Barak Warga Lereng Merapi, Sultan HB X: Saya Tidak Ingin Ada Dominasi Agama Tertentu

Sedangkan Adi, salah satu pedagang kaos di sisi barat Malioboro, mengaku, tidak ada dampak berarti dalam transaksi atau omset penjualan selama uji coba bebas kendataan bermotor di Malioboro.

Ia mengaku transaksi tetap sepi selama pandemi virus Corona.

"Baru ramai kalau musim liburan. Kalau masa-masa seperti ini seperti biasa, sepi," kata Adi yang mengaku sudah belasan tahun berjualan di sisi barat Malioboro.

Adi hanya mengeluhkan kesulitan mengangkut barang, apalagi dalam jumlah besar, kalau ke Malioboro. Karena kendaraan harus parkir agak jauh dari Malioboro.***

Editor: Ayusandra Adhitya Septi Andani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah