Sekitar 2 minggu berselang, tepatnya pada 16 Oktober 2020, Samuel Paty, seorang guru sejarah ditemukan tewas terbunuh oleh remaja imigran.
Samuel Paty sendiri diketahui sempat mengajar di kelas soal kebebasan berpendapat dengan menunjukkan kartun Nabi Muhammad sebagai contohnya.
Penghormatan untuk Paty digelar dan dihadiri oleh Macron. Dilansir dari France 24 kala itu, di hadapan sekitar 400 tamu di Universitas Sorbonne.
Baca Juga: Tak Sekadar Beri Pelatihan, BLK Juga Salurkan Tenaga Kerja
"Kami akan melanjutkan perjuangan untuk kebebasan," kata Macron pada 21 Oktober 2020.
Belum sampai di situ, dukungannya untuk kebebasan berpendapat dan dukungan atas aksi Paty ditunjukannya lewat cuitan pribadi di Twitter pada 22 Oktober 2020.
“Kami akan terus bertahan, profesor. Kami akan terus berjuang untuk kebebasan, kamu telah jadi wajah perjuangan mempertahankan republik,” kata Macron.
Nous continuerons, professeur.
Nous continuerons ce combat pour la liberté, ce combat pour défendre la République dont vous êtes devenu le visage. pic.twitter.com/0gRe9WIVjJ— Emmanuel Macron (@EmmanuelMacron) October 21, 2020
Bagi Macron, pemenggalan guru sejarah tersebut merupakan serangan teroris Islam. Macron juga menuduh Muslim bersikap separatis.
Baca Juga: Ini yang Membuat Lay EXO Trending di Twitter dan Dapat Komentar Negatif
Bahkan, Macron membela bahwa kartun Nabi Muhammad merupakan bentuk kebebasan berekspresi warganya.