Network
KABAR JOGLOSEMAR - Sebuah usaha apa pun termasuk dalam bidang kuliner, untuk bisa dikatakan sebagai usaha legendaris karena bisa bertahan puluhan tahun, selain penuh perjuangan juga komitmen, konsistensi dan militansi tinggi pengelola dan SDM yang terlibat di dalamnya.
Salah satu contoh adalah Warung Makan Bu Darmo, tepatnya berlokasi di Jalan Tambakan, Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Keberadaan Warung Bu Darmo ini bisa dikatakan warung legendaris karena keberadaannya lebih dari 70 tahun.
Baca Juga: Kemampuan Kim So Yeon Penthouse untuk Beralih ke Mode Akting dalam Hitungan Detik
Bermula berbentuk kios dengan bangunan kayu blablak seperti warung makan pada umumnya hingga berubah bentuk layaknya resto kekinian.
Aneka masakan yang disajikan tetap masakan Jawa tempo dulu, berkisar sejumlah 30 macam masakan dengan konsisten menjaga cita rasa tradisional.
“Konsep tetap warung bukan rumah makan dengan aneka jenis masakan, serta cita rasa ndeso tetap dipertahankan. Sedangkan bangunan warung yang juga sebagai rumah tempat tinggal diperbaruhi sejak tahun 1996,” ungkap Purnomo selaku pengelola generasi kedua.
Dikatakan Purnomo, cara memasak almarhumah Bu Darmo untuk masakan tertentu tetap dipertahankan hingga kini, dengan dibantu 7 tenaga yang masih kerabatnya.
Salah satunya adalah memasak tetap memakai bahan bakar arang juga tidak menggunakan penyedap rasa.
“Memasak dengan bahan bakar arang itu cita rasanya sangat beda jika dibanding dengan masak memakai kompor gas,” ujar pensiunan bank itu.
Usaha warung makan ini dikelola oleh Bu Darmo sejak kami masih anak-anak, lanjut Purnomo, jadi kalau dihitung berdiri hingga kini sekitar 70 tahunan.
Baca Juga: Kemenkop UKM Berikan Sertifikasi Gratis Produk Bagi UMKM Terpilih
Warung Bu Darmo, buka Jam 07:00 - 16:30 WIB, tersedia 30 macam masakan, dari masakan yang berkuah hingga yang kering ataupun basah.
“Ada beberapa menu masakan yang tergantung dengan musim bahannya. Misalnya, sayur jengkol atau sayur rebung,” imbuhnya.
Konsumen Warung Makan Bu Darmo tidak hanya warga Muntilan dan sekitarnya. Namun dari luar kota terutama penghobi kuliner dan wisatawan juga banyak yang menyempatkan mampir, bahkan pelukis legendaris Affandi dulu sering mampir pagi-pagi untuk sarapan jika mau melukis di Candi Borobudur.***
