Simak, Ini Panduan Teknis Perayaan Rabu Abu 17 Februari 2021

- 9 Februari 2021, 21:10 WIB
Ilustrasi Rabu Abu
Ilustrasi Rabu Abu /Pixabay.com/Grzegorz Krupa

KABAR JOGLOSEMAR - Sekitar seminggu lagi umat Katolik seluruh dunia, termasuk di Keuskupan Agung Semarang (KAS), akan merayakan hari Rabu Abu, tepatnya pada 17 Februari 2021.

Dalam tradisi agama Katolik, perayaan Rabu Abu merupakan awal dari masa Prapaskah dan APP (Aksi Puasa Pembangunan) yang berlangsung selama 40 hari.

Baca Juga: Tidak Sedang Menempuh Pendidikan Formal Jadi Syarat Utama Daftar Program Kartu Prakerja 2021

Mengingat perayaan Rabu Abu tahun ini berlangsung dalam masa pandemi COVID-19, maka Satgas COVID-19 KAS (Keuskupan Agung Semarang) membuat petunjuk teknis pelaksanaan perayaan Rabu Abu bagi umat Katolik di wilayah Keuskupan Agung Semarang (KAS).

Romo YR Edy Purwanto Pr selaku Koordinator SPD COVID-19 KAS dalam Panduan Teknis Perayaan Rabu Abu dan Penerimaan Abu serta Perayaan Pekan Suci 2021 di Masa Pandemi COVID-19, tertanggal 1 Februari 2021, menyampaikan petunjuk teknis secara rinci.

Menurut Romo YR Edy Purwanto Pr yang dikutip Kabar Joglosemar dari buku panduan teknis perayaan Rabu Abu 2021, pelaksanaan misa atau ibadat perayaan Rabu Abu tahun 2021 ini bisa dilakukan dalam waktu 3 hari. Yakni mulai hari Selasa, 16 Februari 2021 hingga hari Kamis pagi, 18 Februari 2021.

Sementara di Gereja Paroki St Petrus dan Paulus Babadan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, DIY, ditetapkan perayaan Rabu Abu akan diadakan pada hari Selasa 16 Februari 2021 jam 18.00 WIB dan hari Rabu 17Februari 2021 juga pada jam 18.00 WIB.

Sedangkan di Gereja Cangkringan, misa Rabu Abu juga digelar pada hari Selasa 16 Februari 2021 jam 17.00 WIB dan hari Rabu 17 Februari jam 17.00 WIB.

Baca Juga: Benarkah Pengganti Subsidi Gaji yang Harusnya Cair Februari Bukan Berupa Uang? Ini Faktanya  

Menurut Romo YR EdyaPurwanto, misa atau ibadat Rabu Abu bisa digelar secara online dan/atau secara offline atau tatap muka langsung di gereja dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Dan pelaksanaan misa atau ibadat Rabu Abu, menurut Romo Edy Purwanto, bisa digelar di gereja, kapel atau pun tempat-tempat lain yang memungkinkan.

Namun tetap harus menerapkan protokol kesehatan secara ketat dan sesuai ketentuan yang ada.

Untuk penerimaan abu, menurut Romo Edy Purwanto, boleh pula dilakukan dalam keluarga atau lingkungan ataupun komunitas-komunitas biara.

Dikatakan, setiap keluarga atau lingkungan serta komunitas biara yang mengikuti misa atau ibadat Rabu Abu secara live streaming bisa menyediakan sendiri abu dari hasil pembakaran daun palma kering tahun sebelumnya.

Abu tersebut bisa dimintakan berkat dari imam atau prodiakon dengan memercikan air suci pada abu tersebut.

"Pembakaran daun palma diharapkan dilakukan secara terpisah atau sebelum pelaksanaan misa atau ibadat Rabu Abu," kata Romo Edy Purwanto.

Baca Juga: Pasien Sembuh Harian COVID-19 di Indonesia Catat Rekor Tertinggi

Sementara cara menerimakan abu, menurut Romo Edy Purwanto, setelah doa pemberkatan dan perecikan abu dengan air uci, Imam dengan tetap mengenakan masker, mengucapkan :

Bertobatlah dan percayalah kepada Injil atau Ingatlah bahwa engkau adalah debu dan akan kembali menjadi debu.

Hal ini hanya diucapkan sekali saja untuk seluruh umat dan selanjutnya tak perlu diucapkan saat mengoleskan abu berbentuk salib di dahi umat.

"Imam atau prodiakon ataupun asisten luar biasa mengoleskan abu di dahi masing-masing umat. Bisa juga menaburkan abu di telapak tangan umat, dan selanjutnya umat itu sendiri yang mengoleskan di dahinya sendiri," kata Romo Edy Purwanto.

Sementara di dalam keluarga, anggota keluarga bisa saling mengoleskan abu pada dahi atau menaburkan abu di kepala anggota keluarga lainnya sebagai tanda pertobatan bersama dalam keluarga.

Baca Juga: Candimulyo jadi Sentra Wisata Kuliner Buah Durian di Magelang

Romo Edy Purwanto juga menegaskan bahwa mengingat kondisi atau kebutuhan menuntut, maka pastor paroki bisa secara resmi memberi tugas kepada para prodiakon dan asisten luar biasa yang sudah diangkat untuk menerimakan abu.

Namun, menurut Romo Edy Purwanto, yang terpenting adalah mereka sudah dibekali atau diajarkan cara bagaimana menerimakan abu kepada umat secara benar.***

Editor: Ayusandra Adhitya Septi Andani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x