Cerita Kakek Penjual Soto di Jogja, Usia Hampir Seabad Masih Semangat Dorong Gerobak Soto

22 November 2020, 19:57 WIB
Mbah Narkan (kiri), kakek penjual soto di Yogyakarta, saat berbincang dengan seorang pelanggan yang membeli soto dagangannya. /Twitter.com/@teziaazhr

KABAR JOGLOSEMAR - Meski usianya yang hampir seabad (100 tahun), kakek asal Yogyakarta ini rupanya masih bersemangat untuk berjualan.

 

Ia adalah Mbah Narkan (93 tahun), warga Kampung Jagalan, Ledoksari, Yogyakarta. Sosok kakek ini kerap berjualan di Jalan Mayor Suryatono, Gondomanan, Yogyakarta.

Semangatnya yang membara untuk terus berjualan soto meski usianya yang tak lagi muda terlihat lewat sorot matanya.

Baca Juga: Suga BTS Curhat Sempat Takut untuk Operasi Bahunya

Hampir setiap hari, Mbah Narkan ini tak kenal lelah untuk mendorong gerobak sotonya ke tempatnya berjualan.

"Biasa jualan setiap hari, soalnya saya ini kan Kakek sehat, ngga ada sakit apa-apa,” cerita Mbah Narkan, Minggu, 22 November 2020.

Tak hanya sekadar mendorong gerobak sotonya, Mbah Narkan juga melayani pelanggannya seorang diri ketika berjualan.

Purwanti (43), anak perempuan Mbah Narkan, membantu ayahnya untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat soto.

Ia bercerita, ayahnya enggan dibantu karena tak ingin cita rasa asli dari sotonya itu hilang. Alhasil, Mbah Narkan mengerjakan proses memasak soto seorang diri,

"Dia ngga mau diganggu masak karena takut cita rasanya hilang. Bapak juga dorong gerobaknya sendiri,” ujar Purwanti.

Satu porsi soto buatan Mbah Narkan dihargai Rp 7.000 saja. Suwiran daging ayam, nasi, dan kuah soto membuat satu porsi sudah membuat siapa saja kenyang.

“Saya ngga pernah hitung dapat berapa setiap hari, pokoknya sedapatnya aja,” cerita Mbah Narkan. 

Baca Juga: Cara Cek Nama Penerima BSU Kemendikbud untuk Guru dan Dosen, Sudah Cair Hari Ini

Purwanti mengungkapkan bahwa tujuan Mbah Narkan untuk berjualan soto bukan soal finansial. Sebenarnya keluarga sudah melarang Mbah Narkan untuk berjualan karena usianya yang tak lagi muda.

Namun sayang, larangan itu tak berarti bagi seorang Mbah Narkan. Semangatnya yang masih membara membuatnya enggan untuk berdiam diri.

“Bapak dan saya itu ngga pernah hitung pendapatan berapa, yang penting mampu buat bayar kebutuhan Bapak dan dia kasih ke cucu-cucunya. Itu kesenangan tersendiri buat Bapak. Tapi kita juga sudah suruh ngga usah jualan, tapi Bapak ngga pernah mau. Dia selalu bilang, aku ki pengen sibuk wae, neng omah meh opo?,” ujar Purwanti. 

Dampak pandemi corona rupanya juga dirasakan oleh Mbah Narkan. Beberapa kali ia pulang dengan soto yang masih tersisa.

Ia pun membagikan soto tersebut pada anak-anak jalanan secara cuma-cuma. Jika pun tidak, soto tersebut dibawa pulang untuk dimakan bersama dengan keluarga.

Baca Juga: Suga BTS Lakukan Siaran Langsung, ARMY BTS Kaget

Semangat dan kemandirian Mbah Narkan seolah tak berhenti di situ, ia juga tinggal seorang diri di rumahnya. Sejak istrinya meninggal 5 tahun lalu, Mbah Narkan semakin terbiasa melakukan banyak hal seorang diri. 

Purwanti pun sesekali menengok ayahnya. Berhubung rumahnya hanya depan belakang, lebih mudah bagi Purwanti untuk memantau kondisi sang ayah.

Ia bercerita bahwa pada tahun 1989, sang ayah pernah harus beristirahat tak berjualan karena keserempet motor.

"Waktu ada yang beli dan Bapak mau bungkusin, dia keserempet motor yang lewat. Bapak sampai masuk rumah sakit dan ngga jualan setahun soalnya kakinya harus dipasang pen," tutur Purwanti.

Baca Juga: Termasuk 7 Rekening yang Tidak Dapat BLT Subsidi Upah BPJS Ketenagakerjaan Tahap 4? Ini Solusinya

Insiden ini rupanya tidak membuatnya patah semangat. Ia pun masih dengan semangat melanjutkan jualannya.***

 

 

 

Editor: Ayusandra Adhitya Septi Andani

Tags

Terkini

Terpopuler