Posisi Diduga Black Box Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Ditemukan, Simak Cara Kerjanya!

10 Januari 2021, 16:40 WIB
Ilustrasi black box pesawat yang bisa ungkapkan penyebab Sriwijaya Air SJ 182 jatuh. /ANTARA FOTO/ Aprilio Akbar

KABAR JOGLOSEMAR- Proses pencarian black box Sriwijaya Air SJ 182 mulai menemukan titik terang, seiring telah ditemukannya black box milik pesawat Sriwijaya Air SJ 182.

Hal ini disampaikan Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto dalam jumpa pers di JICT 2 yang mengungkapkan bahwa Basarnas telah menemukan titik lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air melalui sinyal black box yang sudah dapat dideteksi.

Baca Juga: Kenapa Black Box Pesawat Terbang Tidak Berwarna Hitam? Simak Penjelasannya di Sini

"Tim dari TNI dan Basarnas, termasuk stakeholder TNI dan Polri saat ini terus berupaya untuk mendapatkan black box yang posisinya diduga kuat adalah posisi black box yang kita cari. Secepatnya akan kita angkat black box untuk segera diberikan pada KNKT agar ditelusuri penyebab terjadinya kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182," terang Hadi.

Untuk lebih mengetahui bagaimana cara kerja black box, seperti dikutip Kabar Joglosemar dari laman How Stuff Works, kotak hitam atau black blox adalah sekumpulan perangkat yang digunakan dalam bidang transportasi, umumnya merujuk pada perekam data penerbangan (FDR) dan perekam suara kokpit (CVR) dalam pesawat terbang.

Fungsi dari black box adalah untuk merekam pembicaraan antara pilot dan pemandu lalu lintas udara atau Air Traffic Control (ATC) serta untuk mengetahui tekanan udara dan kondisi cuaca selama penerbangan.

Ada dua unit black box yang terdiri dari perekam suara kokpit (CVR) dan perekam data penerbangan (FDR).

FDR sendiri bertugas untuk merekam berbagai suara yang berhubungan dengan operasi penerbangan, seperti waktu, ketinggian, kecepatan, arah, dan kondisi pesawat.

Baca Juga: Korban Sriwijaya Air SJ 182 yang Ditemukan TIM SAR Ditempatkan dalam 5 Kantong Jenazah

Sementara itu, CVR yang terletak di kokpit, bertugas untuk merekam suara mesin, peringatan, hingga suara pembicaraan pilot.

Hal ini dapat dikatakan bahwa black box merekam semua suara di kokpit, selain pembicaraan pilot, black box pun merekam lalu lintas radio.

Karena percakapan pribadi antara pilot juga disimpan dalam black box, itulah sebabnya file audio yang direkam harus ditangani dengan hati-hati saat pengevaluasian untuk memperjelas kecelakaan atau malfungsi.

Black box menggunakan sistem looping di mana perekam tersebut akan terus merekam hal baru lalu menghapus yang lama setiap 30 menit sekali.

Black box didesain dengan material yang kuat untuk menghadapi jenis kerusakan apapun. Sebelum mulai digunakan, black box biasanya diuji apakah perangkat tersebut dapat menahan benturan dengan dinding beton pada 750 kilometer per jam, beban statis 2,25 ton selama setidaknya lima menit, suhu maksimum 1.100 derajat Celcius selama satu jam, dan tekanan air yang memiliki kedalaman hingga 6.000 meter.

Baca Juga: Daftar 7 Maskapai Terbaik dan Teraman di Dunia, Ada Yang Dari Indonesia

Dilengkapi dengan underwater locator beacon (ULB), black box juga dapat ditemukan karena ULB akan mengirim gelombang ultrasonik yang dapat dikenali sonar sehingga para evakuator dapat langsung mencarinya jika terjatuh ke dalam laut.

Namun, tak semua orang dapat memeriksa data yang tersimpan di dalam black box. Setelah black box ditemukan, akan dibawa ke lab dan jika tidak mengalami kerusakan serius maka data-datanya dapat langsung diunduh.

Umumnya, pemeriksaan black box berasal dari perwakilan pihak pesawat, pihak produsen pesawat, serta spesialis bahasa.

Dan hanya beberapa agen khusus di seluruh dunia yang mampu mengevaluasi black box karena tidak setiap agen dapat memeriksa berbagai model.***

Editor: Ayusandra Adhitya Septi Andani

Tags

Terkini

Terpopuler