Didominasi oleh Negara Kaya, Negara Miskin Kemungkinan Tak Bisa Vaksinasi COVID-19 Pada 2021

19 Desember 2020, 07:14 WIB
Ilustrasi vaksin. /Pixabay/fernandozhiminaicela

KABAR JOGLOSEMAR – Di tengah pandemi COVID-19 yang semakin menyebar, keberadaan vaksin menjadi hal yang sangat ditunggu-tunggu.

Kini, beberapa negara telah mengklaim bahwa mereka telah menemukan vaksin yang efektif dan siap untuk digunakan manusia. Proses penjualan vaksin pun telah dimulai melalui tahap pre-order.

Meskipun begitu, koalisi organisasi internasional menyatakan bahwa ada kemungkinan 90% orang dari 67 negara berpenghasilan rendah dan standar tidak akan menerima vaksin pada tahun 2021.

Baca Juga: Warga Amerika Tidak Bisa Menuntut Pfizer Jika Terjadi Efek Samping Pada Vaksin Corona

Pernyataan ini turut didukung oleh para pemimpin dunia dan juga pakar Kesehatan.

Dikutip Kabar Joglosemar.com dari laman Medical News Today, Aliansi Vaksin Rakyat berpendapat ini sebagian karena negara-negara kaya membeli berkali-kali lipat jumlah dosis vaksin yang diperlukan untuk memvaksinasi populasi mereka.

Kendala utama distribusi vaksin ini adalah ketidakmampuan negara-negara berpenghasilan rendah untuk membeli vaksin.

Sehingga, dikhawatirkan vaksinasi tidak akan merata pada akhirnya. Contohnya, vaksin Pfizer-BioNTech 96% telah dibeli oleh negara-negara kaya.

Baca Juga: Warna Rambut Jimin BTS Hebohkan Penggemar, Ternyata Ini Alasannya

Aliansi Vaksin Rakyat juga mengungkapkan bahwa tak ada satu perusahaan pun yang dapat mendistribusikan vaksin ke seluruh penjuru dunia.

Sehingga, teknologi dan kekayaan intelektual yang mendukung vaksin harus tersedia untuk umum.

Negara-negara kaya diperkirakan akan mendominasi distribusi vaksin, sementara negara-negara miskin akan kesulitan karena kurangnya dana.

Baca Juga: 5 Minuman Tradisional Indonesia yang Menyehatkan dan Cocok Diminum saat Musim Hujan

Hal ini disampaikan oleh Dr. Mohga Kamal Yanni dari Aliansi Vaksin Rakyat.

“Negara kaya memiliki cukup dosis untuk memvaksinasi setiap orang hampir tiga kali lipat, sementara negara miskin tidak memiliki cukup dosis bahkan untuk menjangkau petugas kesehatan dan orang yang berisiko,” jelasnya.***

Editor: Galih Wijaya

Sumber: Medical News Today

Tags

Terkini

Terpopuler