KABAR JOGLOSEMAR – Bagi sebagian orang, suara hujan merupakan suara yang amat disukai. Salah satu satunya karena dengan suara hujan, kita cenderung merasa lebih tenang.
Seperti yang kita ketahui bersama, saat ini Indonesia telah memasuki musim penghujan. Intensitas hujan terus meningkat.
Biasanya, kehadiran hujan tidak disukai oleh orang-orang karena dapat mengganggu aktivitas. Namun, ternyata ada sebagian orang yang lain yang menyukai suara tetesan air yang jatuh ke bumi tersebut.
Baca Juga: Pelaksanaan Pilkada 2020 di Sleman Terapkan Protokol Kesehatan Secara Ketat
Ternyata, ada penelitian yang meneliti fenomena unik namun sepele ini.
Seperti dikutip KabarJoglosemar.com dari laman mainlinetoday, menurut peneliti, kita menyukai hujan dan suara air lainnya karena kita cenderung menganggap bahwa suara tersebut tidak berbahaya dan mengancam.
Suara yang tiba-tiba dapat membuat kita tersentak dari lamunan dan memicu respons evolusioner yang dikenal sebagai sistem kewaspadaan yang diaktifkan ancaman.
Baca Juga: PUBG Mobile Dilarang Pemerintah India, 3 Game Ini Malah Tambah Populer
Curah hujan tidak hanya tidak memiliki guncangan seperti itu. Hujan juga secara aktif memblokir suara-suara tiba-tiba yang akan mengganggu kita.
Suara air yang sederhana dan berulang memungkinkan kita mengistirahatkan otak yang terlalu terstimulasi. Ini menginduksi keadaan meditasi ringan yang dilakukan tubuh.
Efek serupa dapat ditemukan dengan mendengarkan gelombang laut atau aliran air sungai yang bergemericik.
Baca Juga: Romelu Lukaku Mengaku Dirinya Salah Satu dari Lima Penyerang Terbaik di Dunia
Derau putih hujan tidak hanya membuat kita rileks tapi juga memunculkan kreativitas batin kita.
Ahli biologi kelautan Wallace J. Nichols berpendapat bahwa suara hujan memungkinkan otak kita mengembara, dan akhirnya mencapai keadaan yang dikenal sebagai jaringan mode default.
Terkait dengan lamunan dan introspeksi, mode ini sangat penting untuk kreativitas. Efek ini diperkuat saat Anda berada di laut atau di kamar mandi.
Baca Juga: Pilkada Solo 2020, Gibran-Teguh Unggul 86,66 persen, Bagyo-Suparjo 13,34
Alih-alih memproses isyarat visual dan pendengaran yang konstan, Anda akhirnya dapat berefleksi, bebas dari gangguan.*** (Hangesti Arum Nuranisa/Kabar Joglo Semar)