5 Tradisi Unik Untuk di Hari Raya Idul Adha di Indonesia

- 1 Juli 2021, 14:49 WIB
Ilustrasi Idul Adha. Berikut 40 link Twibbon atau bingkai foto yang dapat digunakan untuk menyambut Idul Adha 2021.
Ilustrasi Idul Adha. Berikut 40 link Twibbon atau bingkai foto yang dapat digunakan untuk menyambut Idul Adha 2021. /Pixabay/mohamed_hassan

KABAR JOGLOSEMAR - Indonesia merupakan negara kesatuan dengan berbagai suku, ras, etnis, budaya, dan agama.

Seperti yang diketahui bahwa Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam.

Baca Juga: Cara Bangun Support System Ala 5 Sahabat di Drama Hospital Playlist

Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa adanya tradisi yang berkembang mengandung unsur agama. Seperti tradisi dalam hari-hari perayaan keagamaan umat islam.

Salah satu hari raya umat islam adalah Idul Adha yang tentu selalu dinantikan. Waktu Idul Adha juga bersamaan dengan waktu ibadah haji sehingga sekaligus menjadi momen menumbuhkan kasih sayang antar sesama.

Idul Adha dirayakan dengan menyembelih hewan kurban. Indonesia juga memiliki tradisi unik Idul Adha di Indonesia untuk memperingati dan memeriahkan hari raya idul adha.

Baca Juga: 6 Tips Bangun Hubungan Sehat untuk Menjaga Pasanganmu

Selain menyembelih hewan kurban, beberapa daerah di Indonesia memiliki cara unik untuk memperingati Hari Raya Idul Adha, berikut di antaranya:

1. Tradisi Manten di Pasuruan

Tradisi Manten Sapi merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Pasuruan. Tradisi ini merupakan bentuk rasa syukur dan penghormatan kepada hewan kurban yang akan disembelih.

Menariknya, sapi yang hendak dikurbankan akan didandani secantik mungkin bak pengantin. Hewan tersebut juga dikalungkan bunga tujuh rupa, lalu dibalut dengan kain kafan, serban, dan sajadah.

Pada tradisi ini, kain kafan menjadi tanda kesucian orang yang berkurban. Setelah didandani, semua sapi akan diarak menuju masjid setempat untuk diserahkan kepada panitia kurban.

Yang lebih berkesannya lagi, daging sapi kurban ini biasanya akan diolah dan disantap bersama-sama.

Baca Juga: 6 Tips Bangun Hubungan Sehat untuk Menjaga Pasanganmu

2. Apitan di Semarang

Tradisi apitan Di Semarang masyarakat semarang melakukan tradisi sedekah bumi apitan, yaitu sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas berbagai rezeki yang didapatkan.

Acara ini berlangsung dengan membawa dan mengarak tumpeng yang berisikan berbagai hasil bumi. Hasil bumi disusun secara bertumpuk misalnya padi, singkong, wortel, tomat, cabe, jagung, timun, kacang panjang, dan lain sebagainya.

Tradisi apitan ini biasanya digelar di kantor kelurahan dan diakhiri dengan doa keselamatan untuk seluruh warga. Kemudian warga bergegas berebut untuk memperoleh hasil bumi yang dibentuk gunungan tersebut.

Baca Juga: 7 Pengganti Nasi untuk Program Dietmu,Salah Satunya Ada Kacang Merah

3. Grebeg Gunungan di Yogyakarta

Tradisi Grebeg Gunungan yang dirayakan oleh masyarakat Yogyakarta ini, sepintas hampir mirip dengan tradisi Apitan dari Semarang.

Warga muslim Yogyakarta akan mengarak hasil bumi dari halaman Keraton sampai Masjid Gede Kauman. Arak-arakan hasil bumi ini berjumlah 3 buah gunungan yang tersusun dari rangkaian sayur-mayur dan buah.

Di Yogyakarta, tradisi ini dilaksanakan setiap hari besar agama Islam. Grebeg Syawal dilaksanakan saat Idul Fitri, sedangkan tradisi Grebeg Gunungan dilaksanakan pada perayaan Idul Adha.

Masyarakat setempat percaya, apabila berhasil mengambil hasil bumi yang disusun dalam bentuk gunungan, bisa mendatangkan rezeki.

Baca Juga: 5 Keutamaan Berbakti Kepada Orangtua Dalam Islam

4. Tradisi Gamelan Sekaten di Cirebon

Terdapat sebuah tradisi perayaan Idul Adha dari Cirebon yang dipercaya merupakan dakwah dari Sunan Gunung Jati sebagai penyebar agama Islam di tanah Cirebon.

Tradisi ini disebut tradisi Gamelan Sekaten yang selalu dibunyikan setiap perayaan hari besar agama Islam yaitu, Idul Fitri dan Idul Adha.

Alunan Gamelan yang berada di sekitar area Keraton Kasepuhan Cirebon, menjadi penanda bahwa umat Muslim di Cirebon merayakan hari kemenangan.

Rangkaian Gamelan dibunyikan sesaat setelah sultan Keraton Kasepuhan keluar dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Baca Juga: 3 Tanaman Hias, yang Bisa Menjaga Imun Tubuh dan Mental di Tengah Pandemik

5. Tradisi Mauegang di Aceh

Jika perayaan hari besar agama Islam akan tiba, banyak sekali pedagang daging akan menjajakan daging-daging segar yang digantung dan bisa dibeli oleh masyarakat Aceh.

Tradisi Meugang yang berasal dari kata Makmeugang, adalah tradisi yang sangat familiar untuk masyarakat Aceh terutama di saat hari-hari besar keagamaan.

Tradisi Meugang sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan identik dengan makan daging sapi atau kerbau bersama yang diolah dengan beraneka ragam masakan.

Baca Juga: Jaga Tubuh Tetap Sehat dan Ideal di Masa Pandemi, Begini Islam Mengajarkan Sesuai Tuntunan Nabi

Sejarah Meugang berawal pada masa kerajaan Aceh dengan memotong hewan dan dibagikan secara gratis kepada masyarakat.

Tradisi ini merupakan ungkapan syukur atas kemakmuran tanah Aceh dan sampai saat ini tetap dilestarikan oleh seluruh masyarakat Aceh saat menyambut hari-hari besar suci umat islam.***

Editor: Ayusandra Adhitya Septi Andani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x