Bangun Kurikulum SMK Berbasis Link and Match, Sejumlah Industri Besar Dilibatkan

- 24 April 2021, 07:29 WIB
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Wikan Sakarinto
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Wikan Sakarinto /Kemendikbud
 
 
 
KABAR JOGLOSEMAR  Sejumlah perusahaan atau industri besar dilibatkan dalam proses review/reviu kurikulum SMK. Hal ini dilakukan untuk membangun atau mengembangkan kurikulum SMK yang berbasis link and match dengan industri.
 
Sejumlah perusahaan atau industri besar yang dilibatkan dalam reviu capaian pembelajaran kurikulum SMK tersebut adalah PT Waskita Karya, PT Astra Internasional Tbk, ASPERINDO, PT IKI, PLN, PT Telkom, Djarum Foundation dan PT Bank Muamalat Indonesia.
 
Sedikitnya ada 59 industri yang diundang Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk), Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) dan Perbukuan, Kemendikbud itu untuk melaksanakan reviu kurikulum SMK tersebut.
 
 
Menurut Wikan Sakarinto, Dirjen Diksi Kemendikbud, kurikulum SMK harus siap setiap saat diintervensi oleh industri. Hal dimaksudka agar kurikulum SMK benar-benar link and match dengan kebutuhan dunia industri.
 
Wikan berharap dalam konteks input, proses output dan dan outcome benar-benar sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan industri.
 
Dikutip Kabar Joglosemar dari laman kemdikbud.go pada Jumat 23 April 2021, Wikan Sakarinto mengatakan bahwa pengembangan kurikulum SMK tak bisa lepas dari program link and match yang memuat paket 8+i. “Paket komplit ini selalu melibatkan dunia usaha dan dunia industri di segala aspek penyelenggaraan pendidikan vokasi,” kata Wikan.
 
 
Paket 8+i itu sendiri mencakup kurikulum yang disusun bersama dan berstandar DUDI (Dunia Usaha Dunia Industri), pembelajaran berbasis project riil, pengajar dari industri minimal 50 jam per semester per prodi.
 
Selain itu, praktik kerja industri (prakerin/magang) minimal satu semester, sertifikasi kompetensi, training rutin pengajar oleh DUDI, riset terapan bersama DUDI dan komitmen serapan oleh DUDI. Sementara +i adalah beasiswa atau ikatan dinas dari DUDI untuk peserta didik pendidikan vokasi.
 
Wikan mengatakan bahwa passion anak dalam menentukan pilihan masuk SMK sebagai pilihan utama untuk menjadi orang yang ahli di bidangnya sangat penting.
 
 
Ia pun berharap bersama industri, SMK akan lebih memperkuat pola pikir visi calon peserta didik untuk memilih vokasi bukan karena terpaksa, tetapi harus sesuai dengan passion.
 
“Ini yang harus ditingkatkan bersama industri. Kita mendidik orangtua dan anak-anak generasi muda bahwa memilih sekolah itu passion, bukan karena gelar atau sertifikat tapi passion. Harus tahu visi untuk apa masuk SMK,” kata Wikan.
 
Sementara Anindito Aditomo, Kepala Balitbang dan Perbukuan Kemendikbud, mengaku  Kemendikbud sudah melakukan persiapan untuk pengembangan kurikulum SMK dengan melibatkan DUDI sesuai dengan kompetensi masing-masing.
 
 
Dikatakan, pengembangan kurikulum SMK tersebut bersifat adaptif, fleksibel dan agile. Perbaikan dan pengembang kurikulum SMK ke depan antara laina konteks mata pelajaran (mapel) teori/akademik menjadi vokasional; mapel yang berdasarkan project based learning, ide kreatif dan kewirausahaan selama 3semester dan prakerin/magang minimal 1 semester.
 
Kemudian ada mapel pilihan, seperti digital marketing, multimedia, bahasa asing dan mapel berdasarkan logika dan teknologi digital. “Selain itu, kokurikuler juga wajib diadakan dengan konten bebas yang dikembangkan oleh sekolah dan guru,” kata Wikan.***
 

Editor: Sunti Melati

Sumber: Kemendikbud


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x