Eco Enzyme, Pupuk Cair yang Bisa Menyuburkan Tanaman Anggrek

21 Maret 2021, 06:10 WIB
Bunga anggrek bermekaran. /Kabar Joglosemar/Philipus Jehamun
 

KABAR JOGLOSEMAR - Jangan membuang limbah dapur Anda, terutama sisa buah dan potongan sayuran-mayur mentah. Sebab, limbah tersebut bisa menghasilkan eco enzyme yakni hasil fermentasi limbah dapur sebagai pupuk organik yang punya khasiat bagus untuk menyuburkan tanaman, termasuk tanaman anggrek.

Selain bahan baku eco enzyme mudah didapat, cara membuatnya pun mudah dilakukan. Sehingga siapa pun bisa membuat eco enzym sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanaman anggrek maupun tanaman pertanian lainnya.

Wahju Wulandari dari Kagama Orchid yang dikutip Kabar Joglosemar dari materi mini workshop di RS Panti Rapih hari Sabtu 20 Maret 2021 mengatakan, eco enzyme adalah hasil fermentasi dari limbah dapur seperti kulit buah atau sayuran, dengan air dan molase yang memiliki aroma asam segar. Saat proses fermentasi, eco enzyme menghasilkan gas O3 yang mampu menyelamatkan kerusakan bumi.

Baca Juga: Puasa Ramadhan 1442 H Sebentar Lagi, Ini 8 Hal yang Membuat Puasa Tidak Diterima

Baca Juga: Terungkap Juga Hubungan Nino dan Andin, Mama Rosa Tunjukkan Kekecewaannya. Bagaimana Aldebaran?

Menurut Wahju Wulandari, eco enzyme merupakan cairan alami yang mempunyai manfaat berlipat ganda atau serbaguna. Eco enyime merupakan hasil fermentasi dari campuran gula merah atau molase, sisa buah atau sayuran seperti kulit buah, potongan sayuran, sisa buah gigitan kelelawar dan lain-lain serta air berupa air keran, air hujan, air buangan AC dan lain-lain.

Lama pembuatan eco enzyme untuk wilayah tropis adalah 3 bulan, sementara di wilayah subtropis selama 6 bulan. Dan hasil akhirnya berupa cairan berwarna kecoklatan dengan aroma asam segar dengan warna yang bervariasi dari coklat muda hingga coklat tua, tergantung pada jenis sisa buah atau sayuran dan jenis gula yang digunakan.

Dengan membuat eco enzyme, menurut Wahju Wulandari, kita telah mengolah sebagian besar sampah dan mengurangi beban TPA (tempat pemuangan akhir). Apalagi, sebagian besar produk yang digunakan di rumah mengandung bahan kimia sintetis yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Kemasan dari produk-produk tersebut juga mencemari lingkungan karena hanya sebagian kecil yang didaur ulang.

Baca Juga: Sempat Tertunda Karena Pandemi Covid-19, Afgan dan Jackson Wang Rilis Lagu M.I.A

Baca Juga: Ini Tips Jalankan Ibadah Puasa Ramadhan 2021 Meskipun di Masa Pandemi Corona

Karena itu, menurut Wahju Wulandari, dengan membuat eco enyime kita telah berpartisipasi mengurangi beban bumi sekaligus menerapkan gaya hidup minim kimia sintetis.

Untuk membuat eco enzyme, menurut Wahju Wulandari, disarankan volume air maksimal 60 persen dari volume wadah. Misalnya volume wadah 10 liter maka volume air maksimal 6 liter. Air 6 liter atau setara 6 kilogramtersebut ditambah 600 gram gula merah, 1.800 gram sisa buah atau sayuran.

Semua sisa buah atau sayuran dapat digunakan untuk membuat eco enzyme.Namun, yang tidak bisa digunakan adalah yang sudah dimasak seperti direbus, digoreng atau ditumis, busuk berulat atau berjamur, berminyak seperti kelapa atau ampasnya.

Baca Juga: Detik-Detik Kecelakaan Pesawat Trigana Air di Bandara Halim, 2 Menit Terbang Lalu Tergelincir

Sisa buah atau sayur dipotong sesuai ketersediaan waktu masing-masing. Semakin banyak jenis bahan yang digunakan maka semakin kaya eco enzyme yang dihasilkan. Sementara jenis gula yang bisa digunakan adalah molase, gula merah tebu, gula aren, gula kelapa dan gula lontar.

Dan air yang bisa digunakan untuk membuat eco enzyme adalah air sumur, air hujan yang ditampung langsung dari langit atau tidak melalui genteng dan pipa dan sebaiknya diendapkan selama 24 jam. "Juga air buangan AC, air isi ulang, air PAM, air galon yang didiamkan selama minimal 24 jam agar kaporit mengendap dan bisa dipisahkan," kata Wahju Wulandari.***

 
 
Editor: Sunti Melati

Tags

Terkini

Terpopuler