Melirik Sosok Calon Pemimpin Indonesia 2024-2029 Menurut 'Asthabrata' di Masa Kini

- 1 Agustus 2023, 09:48 WIB
Gambar ilustrasi penguasaan “asthabrata” bagi calon pemimpin
Gambar ilustrasi penguasaan “asthabrata” bagi calon pemimpin /Foto: I Made Laut Mertha Jaya/

Hal yang penting dari itu adalah masuknya konsep susunan negara yang mengerucut (hirarkis), dengan raja sebagai pusatnya. Konsep tipe negara ini hanya diambil alih oleh negara-negara pedalaman yang besar di Pulau Jawa (abad-9 hingga abad-15), seperti Kerajaan Mataram Kuno, Kerajaan Kediri, Kerajaan Singasari, dan Kerajaan Majapahit (hingga dilanjutkan oleh kerajaan-kerajaan sesudahnya).

Sifat keutamaan dari nilai-nilai ajaran moral kepemimpinan dan bukti ketokohan sejarah, merupakan bagian dari wacana moral yang “ideal” dan “hidup”, yang perlu diwariskan kepada para pemimpin dari generasi-generasi yang lebih muda.

Oleh sebab itu, “Kepemimpinan itu ibarat tongkat estafet” yang siap diteruskan ke pemimpin baru. Hasilnya akan terpantau dari sikap “kawicaksanaannya”. Yakni, ketrampilan tertinggi yang tidak hanya dalam menimbang dengan seksama, tetapi juga kemampuan membuat penilaian yang tajam dalam menganggulangi keadaan untuk menjaga keseimbangan.

Hal itu untuk menghindarkan pertentangan-pertentangan terbuka yang akan mengganggu berlangsungnya proses harmonisasi dalam berbagai hubungan sosial dalam masyarakat. Termasuk dalam mengembangkan interaksi antara pemimpin dengan rakyatnya, yang kemudian secara kultural popular disebut sebagai “Manunggaling kawula-gusti”.

Dalam kepemimpinan Indonesia modern saat ini, tradisi ajaran moral kepemimpinan yang bersumber dari keetnikan Jawa memiliki pengaruh yang besar. Sehingga, menjadi dasar dan patokan dari gaya hidup dan sistem nilai yang dianut oleh sebagian besar elit nasional, dalam bentuknya yang lebih menggambarkan suatu gugusan nilai etika dan cara berkelakuan.  

Hasil Sensus Penduduk 2020 menunjukkan penduduk Indonesia masih terpusat di Pulau Jawa, meskipun luas geografisnya hanya sekitar 7% dari seluruh wilayah Indonesia. Pulau Jawa dihuni oleh 151,59 juta penduduk atau 56,1% dari total penduduk Indonesia.

Sementara wilayah Maluku dan Papua memiliki persentase terkecil, yaitu 3,17% penduduk dari total penduduk Indonesia. Sebagai informasi, dengan luas daratan Indonesia 1,92 juta kilometer persegi, maka kepadatan penduduk Indonesia sebanyak 141 jiwa per kilometer persegi. Angka ini meningkat dari hasil Sensus Penduduk 2010 yang mencatat kepadatan penduduk sebanyak 124 jiwa per kilometer persegi.

Ketika pada zaman pemerintahan Presiden Soekarno, berlangsung identifikasi nilai-nilai “Asthabrata” dengan Manifesto Politik. Hal itu dimaksudkan untuk membangun budi pekerti dari pribadi para pemimpin bangsa. Agar mereka bersih lahir dan batin dalam kehendak dan tindakannya, resik lahir batine, suci ing ciptane, suci ing tindake.

Pada intinya adalah kang luhur budi lan luhur-pekerti. Konsep-konsep kepemimpinan orang Jawa dari tradisi “negarigung” banyak mengandung nilai-nilai ajaran moral dan contoh perilaku dari para tokoh di masa lampau, sehingga merupakan bagian penting dari proses sejarah dan kepahlawanan.

Budaya Jawa yang bersifat domestic, juga memudahkan untuk menempatkannya menjadi semacam pakem, yang pengaruhnya menyebar ke seluruh daerah sub-kultur budaya Jawa. Penyebaran nilai-nilai ajaran kepemimpinan itu berlangsung melalui pengajaran karya sastra dari para pujangga keraton, yang diajarkan melalui kesenian etnik khususnya pertunjukkan wayang kulit, yang diakui sebagai pola rekreasi rakyat yang diyakini mengandung makna simbolik dan ritual.

Halaman:

Editor: Sunti Melati


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah