Tradisi Bubur Asyura di Bulan Muharram, Kenali Sejarah dan Makna Bubur Asyura

- 8 Agustus 2022, 22:38 WIB
Ilustrasi ibadah muslim, puasa ayyamul bidh
Ilustrasi ibadah muslim, puasa ayyamul bidh /iqbalnuril/pixabay

Ketika perahu Nabi Nuh AS sudah berlabuh yang bertepatan dengan hari asyura, Nabi Nuh meminta kaumnya untuk mengumpulkan semua perbekalan yang ada. Lalu beliau menghampiri (mereka) dan berkata:

"(ambillah) kacang fuul (semacam kedelai) ini sekepal, dan ‘adas (biji-bijian) ini sekepal, dan ini dengan beras, dan ini dengan gandum dan ini dengan jelai (sejenis tumbuhan yang bijinya/buahnya keras dibuat tasbih)"

Kemudian Nabi Nuh meminta untuk memasak bahan-bahan tersebut.

"masaklah semua itu oleh kalian!, niscaya kalian akan senang dalam keadaan selamat".

Peristiwa tersebut kemudian dijadikan kebiasaan setiap asyura. Masyarakat mulai menjadikan memasak bubur asyura sebagai tradisi.

Di Indonesia, varian rasa dan tampilan bubur asyura ini berbeda-beda, karena di setiap daerah bahan yang digunakan bermacam-macam.

Baca Juga: Sejarah Hari Perayaan Kucing Sedunia, Diperingati Setiap Tanggal 8 Agustus

Bubur Asyura di Cirebon, Jawa Barat dibuat menggunakan bahan beras, santan kelapa, dan gula aren sebagai pewarna alami. Ini membuat bubur asyura di Cirebon identik dengan warna merah dan putih, yang sarat akan nilai keagamaan dan kebangsaan. Bubur tersebut juga melambangkan ketekadan dan budi luhur umat Islam sejak dulu.

Walaupun rasa dan tampilannya berbeda di setiap daerah, nanun sikap gotong royong saat prosesi pembuatannya menjadikan semua itu sama, yaitu sebagai sarana mempererat silaturahmi antar-warga. ***

Halaman:

Editor: Ayusandra Adhitya Septi Andani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x