Ramadhan dan Idul Fitri Picu Inflasi di Mei 0,32 Persen, Pertanda Daya Beli Pulih?

- 3 Juni 2021, 12:15 WIB
Ilustrasi uang rupiah/
Ilustrasi uang rupiah/ /PIXABAY/EmAji

 

KABAR JOGLOSEMARBadan Pusat Statistik (BPS) mencatat bulan Mei terjadi inflasi sebesar 0,32 persen. Inflasi ini imbas dari Ramadhan dan Idul Fitri beberapa waktu lalu.

Data BPS menunjukkan jika angka ini dua kali lipat inflasi periode bulan sebelumnya yang hanya 0,13%.

Kemudian inflasi inti tercatat 0,24% dan menyumbang andil ke inflasi umum sebesar 0,16%. Secara tahunan inflasi inti ini juga naik ke 1,37% dibandingkan periode bulan lalu.

Baca Juga: Viral 2 Porsi Mie Instan Rp 54 Ribu di Puncak Bogor

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto mengatakan, kenaikan angka inflasi ini lebih disebabkan oleh faktor musiman yaitu Ramadhan dan Idul Fitri.

Kenaikan harga ini disumbang oleh sekelompok harga yang diatur pemerintah 0,48% dan harga bergejolak alias volatile food sebesar 0,39%.

"Ramadhan dan Lebaran, ini seasonal atau musiman memang di inflasi Mei ini dominan. Komoditas utama yang menyebabkan inflasi ini adalah bahan makanan yang notabene sangat dibutuhkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terkait puasa maupun hari raya," ujarnya.

Baca Juga: Diisukan Kerjasama dengan Suzuki, Muncul Bocoran Mobil Listrik Toyota Berbasis Karimun Wagon R

Setianto menjelaskan naiknya angka inflasi ini disebabkan oleh kelompok transportasi angkutan udara, yang memiliki andil ke inflasi umum 0,04%, tarif antarkota dengan andil 0,02%, serta tarif kereta api 0,01%.

Walau begitu, ia belum bisa menyimpulkan kenaikan inflasi selama bulan tersebut merupakan tanda bahwa daya beli masyarakat sudah pulih.

Sebab, pendapatan masyarakat yang meningkat di bulan lalu juga dipengaruhi faktor musiman, seperti Tunjangan Hari Raya (THR) maupun zakat dan sedekah.

Baca Juga: Resmi Masuk Bursa Raksasa Coinbase, Harga Dogecoin Melonjak Tinggi

Untuk mengetahui daya beli yang telah pulih seutuhnya atau hanya faktor musiman, perlu dibuktikan di bulan-bulan berikutnya.

"Apakah bulan-bulan ke depan akan terjadi inflasi tinggi lagi, ini perlu kita perhatikan lagi nanti. Ini nanti juga akan memperkuat apakah terjadi pemulihan atau tidak," pungkasnya.***

Editor: Sunti Melati


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah