Ancaman Kelaparan Membayangi Myanmar di Tengah Masalah Politik hingga Covid-19

- 23 April 2021, 10:47 WIB
Demo di tengah gejolak politik negara Myanmar
Demo di tengah gejolak politik negara Myanmar /Twitter/@YuYunLin27339351

KABAR JOGLOSEMAR - Badan Program Pangan Dunia (WFP) PBB memperingatkan ancaman kelaparan di Myanmar.

Dilansir dari situs resminya, WFP memperkirakan bahwa dalam enam bulan ke depan, hingga 3,4 juta lebih orang akan kelaparan, terutama di pusat-pusat perkotaan.

Setidaknya dua faktor mukai dari kemiskian yang sudah ada sebelumnya, bencana Covid-19, dan masih dipertajam lagi dengan krisis politik yang melanda negara itu.

Baca Juga: Sri Mulyani Sebut Belanja Sosial Kuartal I 2021 Tumbuh 16,5 Persen

"Semakin banyak orang miskin kehilangan pekerjaan dan tidak mampu membeli makanan," kata direktur negara Stephen Anderson dikutip dari WFP.

"Respons bersama diperlukan sekarang untuk meringankan penderitaan segera, dan untuk mencegah kemerosotan yang mengkhawatirkan dalam keamanan pangan," imbuhnya.

Dalam laporannya, WFP mengatakan harga pasar beras dan minyak goreng telah naik masing-masing sebesar 5 persen dan 18 persen sejak akhir Februari.

Di negara bagian Kachin juga misalnya, harga beras naik hingga 43 persen di beberapa kota kecil, dan minyak goreng naik 32 persen.

Baca Juga: Kabar Gembira, Sri Mulyani Siapkan Anggaran Rp 30,6 Triliun Untuk THR PNS

Dengan tanda-tanda bahwa keluarga di ibukota komersial Yangon melewatkan makan, makan makanan yang kurang bergizi, dan berhutang.

Badan tersebut berencana untuk memperluas operasi, tiga kali lipat menjadi 3,3 juta jumlah orang yang dibantunya, dan menarik 106 juta dolar AS.

Dikutip dari Reuters, masalah kian parah dengan adanya gejolak politik Myanmar.

Krisis telah membuat sistem perbankan macet, menutup banyak cabang, membuat bisnis tidak dapat melakukan pembayaran dan pelanggan tidak dapat menarik uang tunai.

Baca Juga: Viral Wanita Lecehkan Gerakan Shalat dengan Angkat 2 Kaki Saat Sujud

Banyak orang bergantung pada kiriman uang dari kerabat di luar negeri. Sebagian besar impor dan ekspor telah dihentikan dan pabrik-pabrik ditutup.

Bank Dunia memperkirakan PDB Myanmar akan berkontraksi 10 persen pada tahun 2021, kebalikan dari tren yang sebelumnya positif.

Sebelum kudeta, WFP mengatakan sekitar 2,8 juta orang di Myanmar dianggap rawan pangan.

Pandemi virus korona berdampak besar pada ekonomi, yang telah tumbuh karena muncul dari isolasi dan kesalahan manajemen keuangan selama beberapa dekade di bawah pemerintahan militer sebelumnya. ***

Editor: Galih Wijaya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah