Pegiat Sungai di Jogja Punya Cara Unik untuk Peringati Hari Sumpah Pemuda

28 Oktober 2020, 22:02 WIB
Upacara Peringatan Sumpah Pemuda ke-92 di Jembatan Dam Kali Kuning Sempu, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Rabu (28/10/2020) pagi. /Jumadi

KABAR JOGLOSEMAR - Banyak cara dilakukan orang untuk memperingati hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2020. Dan para pegiat sungai yang tergabung dalam Forum Komunitas Sungai Sleman (FKSS) punya cara yang unik.

Bersama Karang Taruna "Parikesit" Kelurahan Wedomartani, Pramuka Saka Kalpataru Sleman, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman dan warga sekitar bantaran sungai, mereka menggelar upacara bendara peringatan Sumpah Pemuda ke-92 di Jembatan Dam Sungai Kuning, Sempu, Wedomartani, Ngemplak Sleman, Rabu (28/10/2020) pagi.

Baca Juga: Terbuka untuk 9 Juta KK! Segera Daftar BST Rp 500 Ribu ke RT/RW

Hal itu dilakukan untuk mengajak generasi milenial agar semakin peduli terhadap upaya pelestarian sungai.

Upacara bendera yang berlangsung kidmat dipimpin langsung oleh Kepala DLH Sleman, Ir Dwi Anta Sudibya MT. Pada kesempatan itu, Sudibya mengingatkan pentingnya generasi muda untuk kian peduli pada kelestarian lingkungan, khususnya sungai.

"Sungai-sungai kita kian tercemar. Bukan hanya disebabkan perilaku warga yang membuang sampah ke sungai, tapi juga aturan yang mengiznkan sejumlah usaha membuang limbah ke sungai," kata Sudibya.

Sudibya menambahkan, perlunya keterlibatan masyarakat dalam ikut menjaga lingkungan.

"Jika melihat ada industri atau unit usaha yang membuang limbah atau sampahnya ke sungai, segers lapor kami," tandasnya.

Baca Juga: Yang Tanya BLT BPJS Ketenagakerjaan Gelombang 2 Kapan Cair, Ini Waktunya

Menurut Sudibya, sejumlah titik sungai yang masih bersih, seperti di Dam Kali Kuning Sempui, perlu dijaga. Air yang jernih menjadikan ikan-ikan sungai hidup bebas tanpa terganggu limbah dan sampah.

"Momentum Sumpah Pemuda memberi pengingat pada kita semua, khususnya generasi muda, generasi milenial ini bersatu merawat dan melindungi sungai dari beragam polutan pengganggu," kata Sudibya.

Rangkaian upacara bendera diisi dengan pembacaan naskah Sumpah Pemuda oleh Karang Taruna. Disusul pembacaaan Tri Satya oleh Saka Kalpataru dan pembacaan Ikrar Sungai Sleman oleh komunitas sungai.

Setelah upacara dilanjutkan bersih Sungai Kuning, Sempu sepanjang 800 meter dan penebaran sekitar 200 bibit ikan wader dan melem, yang merupakan ikan asli sungai.

Sebagai bentuk apresiasi dilakukan potong tumpeng oleh Kepala DLH Sleman yang diserahkan kepada perwakilan pemuda karang taruna setempat.

Dalam acara sarasehan yang juga dihelat di pinggir sungai dan beralas rerumputan khas pinggir sungai, Ivan, salah satu pegiat Sungai Adem, Girikerto, Turi, mengatakan, acara bincang lingkungan ini bagus. Apalagi digelar dipinggir sungai.

Baca Juga: 4 Cara Gampang untuk Daftar BST Bansos Rp 500 Ribu per KK

"Tempat seperti ini membuat kita kian akran dan cinta dengan lingkungan. Dsn kita jadi pengin terus lihat sungai yang bersih," ujarnya.

Sedang Restu Wahyuni dari Karang Taruna "Parikesit" ingin menjadikan bantaran sungai yang masih asri ini sebagai "kampung karang taruna". Hal ini berguna untuk kegiatan anak-anak muda dalam melestarikan alam.

Hadir pula dalam bincang-bincang pinggir sungai Kepala Dinas Pertanahan dan Tata Ruang DIY Krido Suprayitno. Pihaknya sangat mendukung gerakan pelestarian sungai yang dimotori anak muda generasi milenial ini.

"Kami senang dengan keterlibatan generasi milenial dalam pelestarian lingkungan. Kami akan dukung pemanfaatan lahan kas desa yang dikelola karang taruna setempat," tegas Krido.

Hal senada disampaikan pengelola Wisata Ledok Blotan, Abdullah Lubis. Pihaknya terus mengelola lingkungan pinggir di daerahnya.

"Ternyata wisata pinggir sungai peminatnya banyak. Jika bisa dikelola warga khususnya anak-anak muda setempat, tentu lebih pas. Jadi tidak perlu bingung cari kerjaan ke luar kota," ungkapnya.

Baca Juga: Pro dan Kontra Fans KPop soal Rencana SM Entertainment Debutkan Girl Group yang Padukan AI

Sarasehan dan bincang-bincang sungai yang dikemas santai dengan formasi duduk di alam bebas, menjadikan sejumlah persoalan lingkungan mampu terungkap lugas.

Sesekali ada canda, tawa juga ajakan yang menuntut konsistensi. Demikianlah merawat dan melindungi sungai, butuh generasi yang peduli guna menjaga agar lingkungan lestari.***(Kabar Joglosemar.com/Philipus Jehamun)

Editor: Ayusandra Adhitya Septi Andani

Tags

Terkini

Terpopuler