Kevin Mayer, CEO TikTok Mengundurkan Diri

27 Agustus 2020, 15:55 WIB
Aplikasi konten Video Tik Tok /PIXABAY.COM/

KABAR JOGLOSEMAR - Kevin Mayer menyatakan pengunduran dirinya sebagai bos TikTok. Langkah itu tentunya mengejutkan banyak pihak mengingat ia belum lama menjabat posisi tersebut.

Pernyataannya tersebut muncul pada Kamis, 27 Agustus 2020. CEO TikTok mundur lantaran tekanan politik yang begitu kuat dari Presiden Donald Trump.

Seperti dilansir KabarJoglosemar.com dari AP News pada Kamis, 27 Agustus 2020, mundurnya bos TikTok itu mengikuti perintah Presiden Donald Trump untuk melarang TikTok kecuali perusahaan induknya, ByteDance, menjual operasinya di AS ke perusahaan Amerika dalam waktu 90 hari.

Baca Juga: Mengedit Foto untuk Instagram yang Apik

Ia pun menyampaikan surat terkait pengunduran diri sebagai CEO melalui surat.

“Saya telah melakukan refleksi signifikan tentang apa yang diperlukan oleh perubahan struktural perusahaan, dan apa artinya bagi peran global yang saya daftarkan,” katanya dalam surat tersebut.

“Dengan latar belakang ini, dan karena kami berharap dapat mencapai resolusi segera, dengan berat hati saya ingin memberi tahu Anda semua bahwa saya telah memutuskan untuk keluar dari perusahaan," lanjutnya.

Bytedance saat ini sedang dalam pembicaraan dengan Microsoft untuk perusahaan AS untuk membeli operasi TikTok di AS.

Mayer, mantan eksekutif Disney, bergabung dengan TikTok sebagai CEO pada Mei 2020 lalu.

Sementara itu pihak perusahaan TikTok berterima kasih pada Mayer.

"Kami menghargai dinamika politik dalam beberapa bulan terakhir telah secara signifikan mengubah ruang lingkup peran Kevin ke depan, dan sepenuhnya menghormati keputusannya," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: Daftar HP Vivo Cocok untuk Gaming, Nomor 3 Termurah

ByteDance meluncurkan TikTok pada 2017, lalu membeli Musical.ly, layanan video yang populer di kalangan remaja di AS dan Eropa, dan menggabungkan keduanya. Layanan kembar, Douyin, tersedia untuk pengguna Cina.

TikTok mendapatkan popularitas luar biasa melalui video-videonya yang menyenangkan dan konyol serta kemudahan penggunaannya, dan memiliki ratusan juta pengguna di seluruh dunia.

Namun kepemilikannya di China telah menimbulkan kekhawatiran tentang potensi penyensoran video, termasuk yang mengkritik pemerintah China, dan risiko Beijing dapat mengakses data pengguna.

Awal bulan ini, Trump memerintahkan pelarangan besar-besaran tetapi tidak ditentukan pada transaksi dengan pemilik aplikasi konsumen TikTok dan WeChat di Tiongkok. Hal teresebut dengan alasan kekhawatiran bahwa aplikasi itu dapat menimbulkan ancaman bagi keamanan nasional. ***

Editor: Galih Wijaya

Sumber: AP News

Tags

Terkini

Terpopuler