Karena belum ada listrik, masyarakat pada zaman dahulu masih menggunakan lilin sebagai penerangan baik di dalam maupun di luar rumah.
Baca Juga: Kue Keranjang, Simbol Pembawa Kebahagiaan hingga Hubungan yang Langgeng
Namun lilin punya keterbatasan dimana bisa mati jika tertiup angin kencang.
Karena penerangan penting saat itu untuk membantu membaca atau bekerja, pelindung untuk menjaga lilin agar tetap menyala. Pelindung yang digunakan saat itu bisa berupa kain sutra atau kertas.
Susunan bambu, kayu, atau jerami dibentuk sedemikian rupa agak bengkok lalu kemudian jari-jari tersebut akan dipasangi dengan kain atau kertas.
Lilin kemudian akan diletakkan ditengah-tengah bulatan sehingga api tidak akan mati tertiup angin.
Dilansir dari situs China Higlight, keberadaan lampion yang berkembang pesat diadaptasi oleh para biksu untuk ritual ibadah.
Baca Juga: Rilis A Quiet Place Part II Ditunda Lagi
Lampion baru dikenal secara luas oleh masyarakat ketika memasuki zaman Dinasti Tang sekitar 618-907 masehi.
Pada zaman itu lampion digunakan dalam berbagai acara penting fungsinya ialah melambangkan kemeriahan dan kemakmuran.