Orang Tua Masih Sering Abaikan Autisme, Cek Bahayanya

14 Oktober 2021, 18:28 WIB
Ilustrasi autis /Pixabay/geralt

KABAR JOGLOSEMAR- Penyakit Autisme merupakan salah satu kelainan yang sering ditemui pada anak-anak.

Autisme adalah kelainan perkembangan saraf yang menyebabkan gangguan perilaku dan interaksi sosial. 

Perilaku autisme dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu perilaku yang eksesif (berlebihan) yang ditandai dengan perilaku yang hiperaktif dan tantrum.

Baca Juga: Hipertensi Jadi Kasus Paling Mematikan, Simak Penjelasannya!

Serta perilaku defisit (berkekurangan) seperti adanya gangguan dalam bicara ataupun kurangnya perilaku sosial dengan lingkungan sekitar (Pratiwi & Dieny, 2014).

Berbagai faktor penyebabnya adalah Memiliki keluarga dengan riwayat autisme, Terlahir secara prematur, Memiliki kelainan genetik atau kromosom tertentu, seperti sindrom fragile X dan tuberous sclerosis.

Selain itu pola hidup buruk yang dilakukan seorang ibu ketika mengandung seperti mengonsumsi minuman beralkohol atau obat-obatan tertentu, terutama obat epilepsi, selama masa kehamilannya.

Baca Juga: Lebih Parah dari Baby Blues, Cek Postpartum Depression yang Ganggu Mental

Akibat dari Autisme ini bagi anak seperti Ketidak mampuan untuk hidup mandiri, Gangguan mental, seperti stres, depresi, cemas, gangguan mood, dan perilaku impulsif ,serta Ketidak mampuan untuk mengikuti pelajaran.

Perilaku yang menghambat aktivitas sosial dari anak ini juga dikhawatirkan akan menyebabkan kelainan mental dan emosional yang tidak kondusif.

Hal ini juga akan menghambat penyerapan informasi dan menjadikan anak semakin murung karena tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

Ketika hamil Menjalani pola hidup sehat, misalnya dengan menjalani pemeriksaan kehamilan secara berkala, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, dan berolahraga secara rutin mungkin dapat meminimalisir kasus kelainan Autisme pada anak.

Baca Juga: Serang Diplomat AS, Sindrom Havana Terdeteksi di Kolombia

Salah satu jalan terbaik yang dianggap mampu mengobati atau membantu anak mengubah prilakunya adalah dengan melakukan upaya terapi prilaku dan terapi komunikasi.

Diharapkan, dengan adanya terapi ini dapat membuat kondisi emosional anak akan tetap tenang diberbagai situasi. Berkomunikasi akan membuat anak perlahan meninggalkan perilaku negatifnya.

Selain itu terapi lain juga diperlukan untuk mengajarkan kepada anak agar tetap mandiri dengan mengajarkan kemampuan dasar, seperti berpakaian, makan, mandi, dan berinteraksi dengan orang lain. Terapi ini dinamakan terapi okupasi.***

 

 

Editor: Ayusandra Adhitya Septi Andani

Tags

Terkini

Terpopuler