Waktu Pelaksanaan Puasa Arofah Menjelang Idul Adha 2021, Berikut Niat Hukum dan Keutamaannya

3 Juli 2021, 16:42 WIB
Ilustrasi tata cara Shalat Idul Adha 2021 yang tertuang dalam surat edaran Menteri Agama terbaru. /pixabay.com/Fuzz

KABAR JOGLOSEMAR - Puasa Arafah merupakan puasa sunnah yang dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah, sehari sebelum hari raya idul Adha.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah memutuskan bahwa hari raya idul Adha 1442 H/2021 M, akan jatuh pada hari Selasa tanggal 20 Juli.

Pelaksanaan hari raya idul Adha 2021 tersebut telah diputuskan bersamaan penentuan hari raya idul Fitri lalu.

Baca Juga: Banyak Orang Tidak Tahu, Berikut 5 Hewan yang Tak Boleh Dipelihara Dalam Islam

"Idul Adha (10 Zulhijah 1442 H) hari Selasa Pahing, 20 Juli 2021 M,” bunyi keterangan Muhammadiyah yang dikutip dari laman resmi suryakepiri.com, Jumat (18 juni 2021). 

Maka jika menyesuaikan dengan hasil putusan PP Muhammadiyah, puasa Arafah bisa jadi dijadwalkan akan dilaksanakan pada hari Senin, 19 Juli 2021 mendatang.

Puasa Arafah hukumnya sunnah muakkadah, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan bagi kaum muslimin yang tidak sedang beribadah haji. Sebab pelaksanaannya bertepatan dengan wukufnya jamaah haji di Arafah, sehingga kaum muslimin yang sedang menunaikan ibadah haji tidak ada keutamaan untuk melaksanakan puasa tersebut.

Sebagaimana sesuai dengan hadits yang dikutip dari laman resmi merdeka.com, dari Ummul Fadhl sendiri berbunyi,

Baca Juga: 5 Keutamaan Berbakti Kepada Orangtua Dalam Islam

“Dari Ummul Fadhl binti Al Harits, bahwa orang-orang berbantahan di dekatnya pada hari Arafah tentang puasa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagian mereka mengatakan, ‘Beliau berpuasa.’ Sebagian lainnya mengatakan, ‘Beliau tidak berpuasa.’ Maka Ummul Fadhl mengirimkan semangkok susu kepada beliau, ketika beliau sedang berhenti di atas unta beliau, maka beliau meminumnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sedangkan niat untuk melaksanakan puasa Arafah ini tidak dijumpai dalam hadits nabi. Rasulullah Saw dan para sahabat terdahulu, ketika berniat puasa sunnah atau melakukan amalan sunnah lainnya cukup dengan niat dalam hati dan tanpa dilafalkan.

Dikutip dari laman Parenting Islami, Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu menjelaskan, semua ulama sepakat bahwa tempat niat adalah hati. Melafadzkan niat bukanlah syarat, namun ia disunnahkan oleh jumhur ulama selain mazhab Maliki dengan maksud membantu hati dalam menghadirkan niat.

Sehingga kita bisa mengucapkan niat dengan bahasa yang kita bisa dan poin terpentingnya, niat itu hadir semata-mata karena Allah ta'alaa.

Baca Juga: Jaga Tubuh Tetap Sehat dan Ideal di Masa Pandemi, Begini Islam Mengajarkan Sesuai Tuntunan Nabi

Misal jika bisa lancar membaca dengan bahasa Arab, maka kita bisa berniat dengan mengucap “Nawaitu shouma ‘arofata sunnatan lillaahi ta’aalaa.” Atau dengan versi Indonesianya, “Saya niat puasa Arafah, sunnah karena Allah Ta’ala.”

Untuk keutamaan berpuasa Arafah, bisa kita lihat dari sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh imam Muslim yaitu:

"Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim).

Dosa yang dihapuskan tersebut, bisa berupa dosa kecil ataupun besar sesuai kehendak Allah SWT.

Puasa Arafah juga merupakan amalan Sunnah yang sering Rasulullah lakukan.

Baca Juga: 6 Cara Mengendalikan Marah,Menurut Pandangan Islam

Sesuai dengan kutipan hadits berikut
“Ada empat perkara yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah yaitu puasa asyura, puasa hari arafah, puasa tiga hari setiap bulan dan shalat dua rakaat sebelum subuh.” (HR. An Nasa’i dan Ahmad)

Selain itu, dengan melaksanakan puasa Arafah diharapkan dapat menjadi doa kita untuk bisa berhaji sebagaimana pelaksanaannya yang bertepatan dengan salah satu rangkaian ibadah haji.***

Editor: Ayusandra Adhitya Septi Andani

Tags

Terkini

Terpopuler