Makna Filosofi Islami dan Sebutan Unik pada Surjan Busana Adat Jawa

- 28 Oktober 2020, 18:35 WIB
Berbusana surjan dari lurik lengkap dengan blangkon, kain (jarik), keris dan selop.
Berbusana surjan dari lurik lengkap dengan blangkon, kain (jarik), keris dan selop. /KabarJoglosemar.com/Tedy Kartyadi

KABAR JOGLOSEMAR - Surjan merupakan busana adat Jawa yang berasal dari Kraton Yogyakarta sebab dahulunya hanya para bangsawan kraton yang memakai surjan atau kalau pun masyarakat biasa tentu mempunyai jabatan dan strata tertentu.

Busana surjan termasuk karya adi luhung, dari proses pembuatan berupa potongan-potongan kain memilki keunikan dalam penyebutan. Juga mempunyai makna filosofi Islami yang sangat tinggi.

Menggunting pola menjahit surjan lebih mudah dibandingkan bikin baju biasa, hanya proses menjahit dan penyelesaian akhir lebih rumit dan memerlukan ketelitian.

Baca Juga: Yang Tanya BLT BPJS Ketenagakerjaan Gelombang 2 Kapan Cair, Ini Waktunya

Sebab dalam pemasangan kancing surjan yang ada di beberapa tempat harus sesuai pakem (aturan).

Guntingan pola dalam pembuatan surjan itu sudah baku, dengan sebutan yang cukup unik.

Guntingan pola untuk membuat bagian leher disebut Wungkal Gerang.

Wungkal adalah sejenis batuan yang bentuknya seperti perahu jung yang oleh masyarakat Jawa untuk mengasah bilah pisau atau senjata tajam lainnya.

Sedangkan kata Gerang mempunyai makna tua, lama atau keras.

Pola atau guntingan kain untuk lengan surjan, disebut Kadal Meteng (Kadal Hamil) dan ujung lengan disebut Nlale Gajah (seperti belalai gajah).

Sementara guntingan pola untuk bagian dada berupa tangkepan, pola itu disebutnya Sogok Upil (upil sebutan kotoran hidung, Bhs. Jawa). Bentuk pola seperti bilah pedang besar dengan runcing posisi di bawah.

Baca Juga: Pro dan Kontra Fans KPop soal Rencana SM Entertainment Debutkan Girl Group yang Padukan AI

Penghageng Kraton Yogyakarta KRT. Jatiningrat, dalam ceramahnya di Masjid Wiwarajati Suryoputran, Yogyakarta, beberapa waktu lalu menjelaskan, busana surjan merupakan karya adiluhung Sunan Kalijaga seorang wali (ulama) tanah Jawa, sebuah karya busana yang penuh makna filosofi spiritual Islami.

“Surjan atau juga disebut baju takwa ini, oleh Sultan Hamengku Buwono I, setelah Perjanjian Giyanti tahun 1755 ditetapkan sebagai busana resmi Keraton Yogyakarta. Banyak makna filosofi spiritual Islam yang terkandung dalam busana surjan, seperti yang tersirat dalam QS. Al A’raf 26,” ungkap KRT. Jatiningrat.

Menurut penghageng kraton yang juga akrab disapa Romo Tirun itu, bahwa kata surjan sendiri mempunyai arti penerang atau pelita.

Dari jumlah kancing yang ada di dalam busana surjan memiliki perlambang-perlambang tertentu dalam ajaran Islam.

Jumlah kancing pada leher surjan ada 3 pasang kancing (6 biji), menggambarkan Rukun Iman dalam Agama Islam, yaitu iman kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitab Suci, Nabi, Hari Kiamat dan Takdir.

Baca Juga: Fans Beri Dukungan untuk Irene Red Velvet di Twitter

Untuk 2 buah kancing yang terdapat di dada kiri dan kanan (tangkep) melambangkan dua kalimat Syahadat.

“Tiga buah kancing yang ada di bagian dada sebelah dalam tidak tampak dari luar, melambangkan tiga macam nafsu yang dimiliki oleh manusia. Yaitu, nafsu Ammarah, nafsu Lawwamah, dan nafsu Mutmainnah. Sedangkan jumlah 5 kancing pada lengan surjan, melambangkan 5 Rukun Islam, yaitu, Syahadat, Salat, Puasa, Zakat, dan Haji bagi yang mampu,” pungkas KRT. Jatiningrat.***

 

 

 

 

 

 

Editor: Ayusandra Adhitya Septi Andani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x